Berita Magelang Hari Ini

Petani Kopi di Lereng Merapi Sumringah, Hasil Panen Raya Meningkat Hampir 2 Kali Lipat

Peningkatan produktivitas tanaman kopi di dusun tertinggi area Merapi barat itu tak lepas dari kondisi cuaca yang mendukung.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Biji kopi arabika yang tengah dijemur di Babadan 2, Dukun, Magelang, Kamis (25/7/2024) 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Petani kopi di kawasan lereng Merapi tepatnya di Dusun Babadan 2, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang sumringah karena hasil panen raya tahun ini mengalami peningkatan hampir dua kali lipat.

Petani kopi sekaligus Ketua kelompok tani Tumpang Sari, Poni (51), mengatakan kopi basah jenis Arabika yang berhasil dipanen petani mencapai 8 ton .

Sementara di tahun sebelumnya, petani memanen sebanyak 5 hingga 6 ton kopi basah.

Sebanyak 8 ton kopi basah itu dapat diolah menjadi 200 kilogram green bean yang akan dijual ke seluruh penjuru Indonesia. 

"Alhamdulilah bahan kopi sekarang meningkat dari yang kemarin. Ada kenaikan 2-3 ton kopi basah," ujar Poni pada Kamis (25/7/2024).

Menurutnya, peningkatan produktivitas tanaman kopi di dusun tertinggi area Merapi barat itu tak lepas dari kondisi cuaca yang mendukung.

Selain itu juga diiringi semakin banyaknya petani yang mulai menanam biji kopi.

Dia mengatakan, para petani lereng Merapi menanam kopi dengan sistem tumpang sari  bersama sayur-mayur di area pematang sawah.

"Di sini ada 24 petani. Tapi 15 yang menanam kopi. Ada juga yang di luar kelompok. Kami juga memfasilitasi dari kelompok," ungkapnya.

Dia mengatakan, buah ceri kopi yang dipanen akan diproses menjadi green bean yakni biji kopi mentah yang belum disangrai. 

Adapun harga untuk green bean bervariasi.

Untuk jenis anaerob natural dipatok Rp 185 ribu per kg, full wash classic Rp 160 ribu per kg, dan honey anaerob Rp 170 ribu per kg.

“Pembelinya macam-macam. Di Yogya ada untuk beberapa cafe. Jakarta, Jawa Timur, Bali juga ada,” sambungnya.

Sementara salah satu pembeli, Bakhtiar (32) mengaku mengenal Babadan Coffee saat menerima oleh-oleh dari rekannya. 

Dia telah menjadi penikmat kopi Merapi sejak dua bulan lalu.

Menurutnya, kopi Merapi dianggap lebih cocok dengan perutnya.

Karena asam lambung Bakhtiar tak pernah kambuh saat mengonsumsi kopi tersebut.

"Saya sebetulnya sudah tiga tahun nggak ngopi karena asam lambung. Tapi dulu sempat dapat oleh-oleh kopi Babadan. Setelah ngopi kan biasanya sesak, tapi ini kok tidak. Jadi tidak ada efek sampingnya," kata warga Muntilan ini. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved