Berita Bisnis Terkini
Industri Pariwisata Meminta Ada Penambahan Kuota Solar di Yogyakarta, Begini Respon Pertamina
Beberapa pelaku industri wisata di Yogya mulai mengkhawatirkan pembatasan pembelian solar akan berdampak pada terganggunya mobilitas wisatawan.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beberapa pelaku industri wisata di Yogyakarta mulai mengkhawatirkan pembatasan pembelian solar di Yogyakarta akan berdampak pada terganggunya mobilitas wisatawan.
Mereka mengklaim aturan pembatasan pembelian solar pada kendaraan angkutan dinilai berdampak signifikan terhadap aktivitas pariwisata diwilayah setempat.
Pembatasan pembelian solar subsidi sudah dilakukan sejak 26 Desember 2022 lalu dibeberapa wilayah.
Secara bertahap kabupaten dan kota yang menyepakati untuk ikut serta dalam program itu pun terus bertambah.
Pembatasan pembelian solar subsidi sebagai bentuk subsidi BBM tepat sasaran diatur di Surat Keputusan (SK) BPH Migas No. 4/2022.
Yogyakarta sebagai kota pariwisata membutuhkan sektor transportasi yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Namun adanya kebijakan pembatasan solar subsidi para pelaku industri pariwisata merasa cukup kesulitan dalam melayani tamu dan wisatawan saat berlibur.
"Maka kami ingin ada penambahan kuota solar untuk wilayah Jogja sehingga tamu bisa terlayani dengan baik," kata Wakil Ketua Organda DIY Wiwit Kurniawan mengatakan, dalam diskusi yang digelar Kamis (13/6/2024).
Wiwit menyampaikan kuota harian pembelian solar subsidi untuk setiap kendaraan yang mencangkup kendaraan pribadi, kendaraan angkutan umum (angkot), dan kendaraan barang, antara lain maksimal 60 liter per hari untuk kendaraan pribadi roda empat; maksimal 80 liter per hari untuk kendaraan umum angkutan orang atau barang roda empat dan maksimal 200 liter per hari untuk kendaraan umum angkutan orang atau barang roda enam atau lebih.
"Padahal kebutuhan di sektor transportasi wisata itu cukup besar misalnya ketika ketika mau ke Borobudur dan Gunungkidul itu kan butuh bahan bakar banyak," jelas Wiwit.
Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Aryanto Sukoco, mengatakan pembatasan pembelian solar subsidi dikeluarkan oleh BPH Migas.
Pihaknya telah berdiskusi dengan pelaku industri wisata Yogyakarta dan akan mengusulkan adanya penambahan kuota solar untuk mendukung sektor wisata di kota ini.
"Kami akan upayakan bertemu dengan Komisi 7 DPR RI dan BPH Migas akhir Juni ini dan minta agar ada kajian ulang untuk Jogja karena daerah wisata memang butuh solar yang cukup banyak," jelasnya.
Aryanto menyatakan, pihaknya meminta adanya penamhahan kuota BBM bersubsidi di Yogyakarta sebesar 20 persen.
"Kami akan minta tambah 20 persen dari kuota yang ada tahun ini dan mudah-mudahan bisa dikover, karena mau tidak mau memang harus ada penambahan," jelasnya.
Mereka telah menggandeng berbagai pihak agar penyaluran solar subsidi sesuai dengan aturannya.
"Jangan sampai subsidi solar yang menghabiskan anggaran negara cukup besar malah dimanfaatkan oleh industri atau pengoplos, bukan malah masyarakat yang membutuhkan," terang dia.
Menurutnya kuota solar dibatasi per tahun setiap SPBU. Misalnya 1000 ton per tahun dibagi dengan 365 hari untuk kebutuhan penjualan harian.
"Maka dapat angka tiga ton per hari. Makanya kadang SPBU itu bilang solar habis, meskipun stok ada. Ya itu untuk kebutuhan penjualan selanjutnya," kata dia.
Sementara Wakil Ketua Bidang Organisasi ASITA DIY Banowo Setyo Samudro menyebutkan, selama ini pelaku pariwisata mengganti bahan bakar dengan jenis lain jika kesulitan membeli solar.
Dampaknya paket wisata yang ditawarkan pun harus disesuaikan harganya lantaran jenis nahan bakar lain yang dibeli itu lebih mahal dibandingkan solar.
Hal itu dianggapnya memberikan risiko yang cukup tinggi bagi iklim pariwisata.
"Kami harap untuk daerah tujuan wisata seperti Jogja kebutuhan solarnya tidak disamakan dengan daerah lain atau bisa fleksibel," ujarnya.
Melalui keterangan resminya, Pertamina memastikan stok biosolar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Yogyakarta aman.
Hal itu diungkapkan oleh Area Manager Communication, Relation & Corporate Social Responsibility Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho.
“Kondisi stok Biosolar pada Selasa, 12 Juni 2024 jam 21.20 WIB ini di SPBU-SPBU Kota Yogyakarta adalah 60,6 kiloliter,” katanya.
Ia menuturkan kondisi stok Biosolar di seluruh SPBU Kota Yogyakarta pada 30 hari terakhir berkisar diangka 50-78 kiloliter, dengan penjualan harian rata-rata 24-35 kiloliter per hari. Sedangkan ketahanan stok Biosolar di Fuel Terminal Rewulu, Bantul adalah 14 hari.
“Angka tersebut menandakan stok Biosolar dalam kondisi aman dan belum termasuk ketahanan stok di kilang dan kapal,” jelasnya.
Ia menambahkan pada prinsipnya PT Pertamina Patra Niaga menyalurkan BBM subsidi sesuai kuota yang ditetapkan pemerintah atau BPH Migas.
Sedangkan kuota Biosolar di lembaga penyalur Pertamina di DIY tahun 2024 adalah 164 ribu kiloliter. Kuota Januari-Mei 2024 adalah 68 ribu kiloliter.
Sementara realisasi Januari-Mei 2024 adalah 62 ribu kiloliter. Sehingga capaian realiasi Biosolar di DIY pada Januari-Mei 2024 mencapai 91 persen. (hda)
-
Jelang Natal, Perajin Patung Rohani di Bantul Banjir Pesanan |
![]() |
---|
KAI Daop 6 Yogyakarta Siap Dukung Program Angkutan Motor Gratis Periode Natal 2024 |
![]() |
---|
Transaksi Pembayaran Jadi Katalisator Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan |
![]() |
---|
Sambut Libur Akhir Tahun, YIA Kulon Progo Akan Turunkan Tarif PJP2U dan PJ4U hingga 50 Persen |
![]() |
---|
Truk Mogok di Perlintasan Kereta Wilayah Purwokerto, Sejumlah KA Alami Kelambatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.