Renungan Harian

Renungan Harian Kamis 13 Juni 2024 : Jaga Hati yang Rapuh

Tuhan lebih menyukai kasih setia dan ketaatan kepada firman-Nya. Mari renungkan: Hati manusia itu rapuh, gampang berubah oleh situasi.

Penulis: Santo Ari | Editor: Joko Widiyarso
PEXELS/Pixabay
Ilustrasi foto salib, alkitab, kitab suci, paskah 

TRIBUNJOGJA.COM - Firman Tuhan pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita, sebagai umat-Nya.

Umat Kristiani bisa mendapatkan bimbingan, kekuatan, dan ketenangan yang dibutuhkan dalam menjalani hidup, salah satunya melalui membaca firman Tuhan.

Dengan menjadwalkan waktu setiap pagi atau malam untuk membaca dan merenungkan Alkitab maka kita bisa terus bertumbuh dalam iman dan semakin dekat dengan Tuhan.

Bacaan

Dikutip dari laman renunganharian.net, saat teduh atau renungan harian kali ini diambil dari 1 SAMUEL 13

"... tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. Tuhan akan mencari seorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan menetapkannya sebagai pemimpin atas umat-Nya, karena engkau tidak menaati apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu." (1 Samuel 13:14)

Renungan

Betapa cepatnya hati manusia itu berubah. Ada orang yang tadinya menjalani hidup sederhana dan rendah hati, tapi di kemudian hari hatinya berubah menjadi begitu sombong setelah ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Baca juga: KISAH Pengrajin Pisau Polanharjo Klaten Jelang Iduladha

Ada orang yang tadinya kurang percaya diri dan merasa lemah, tetapi siapa sangka ia bisa menjadi seorang diktator kejam ketika berkuasa. Seperti itulah hati manusia, gampang berubah.

Bisa jadi perubahan hatinya itu menjadi petunjuk bahwa ia tidak rela kehilangan rasa nyaman maupun kekuasaan yang didapatnya selama ini.

Saul begitu rendah diri ketika Tuhan menunjuknya menjadi raja Israel. Sejatinya, ia adalah orang yang diurapi Tuhan dengan janji pengokohan kerajaan Israel. Awalnya, Saul memang seorang yang taat dan rendah hati.

Namun, ia lupa bahwa hati itu gampang berubah. Itu terjadi ketika ia tidak sabar menanti kedatangan Samuel dan dengan lancang mempersembahkan korban bakaran yang bukan menjadi tugasnya.

Saul begitu angkuh. Ia menjadikan kedudukannya menjadi alasan bahwa ia bisa berbuat apa saja termasuk mengambil tugas keimaman. Sikapnya yang tidak sabar, angkuh, dan tidak taat dinilai Tuhan sebagai penolakan kepada Tuhan.

Saul pun harus menerima konsekuensi: ditolak sebagai raja dan kehilangan janji Tuhan. Ia kehilangan apa yang coba ia pertahankan dengan kuat.

Sikap Saul mengingatkan kepada kita bahwa bukan persembahan atau ritual agamawi yang memperkenan hati Tuhan.

Tuhan lebih menyukai kasih setia dan ketaatan kepada firman-Nya. Mari renungkan: Hati manusia itu rapuh, gampang berubah oleh situasi.

Bahkan hidup dalam berkat pun, jika tidak diwaspadai, bisa berubah menjadi angkuh dan melupakan Tuhan.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved