Berita Pendidikan Hari Ini
Kreasi Mahasiswa UNY Gunungkidul, Olah Limbah Biji Alpukat jadi 'Kopi' Rendah Kafein
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Nindi Ataya Yulian (19) memanfaaatkan limbah biji alpukat untuk dijadikan bubuk 'kopi' rendah kafein.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Nindi Ataya Yulian (19) memanfaaatkan limbah biji alpukat untuk dijadikan bubuk 'kopi' rendah kafein.
Melihat banyaknya biji alpukat yang dibuang begitu saja mendorong mahasiswa dari vokasi tata boga
ini mengolahnya jadi barang bernilai ekonomi berupa bubuk kopi yang rendah kafein.
"Biji alpukat itu kan seringnya dibuang, cuma diambil bagian dagingnya saja. Dari situ, langsung kepikiran untuk mengambil limbahnya untuk diolah jadi bubuk kopi," ujarnya pada Jumat (31/5/2024).
Baca juga: Sri Sultan Hamengku Buwono II Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Berangkat dari situ, dirinya dan beberapa temannya mulai melakukan penelitian dan percobaan untuk menghasilkan bubuk kopi dari biji alpukat.
"Ternyata dari penelitian ini, biji alpukat ini ternyata memiliki kadar kafein yang lebih rendah dibanding dengan kopi biasa. Dan, memiliki zat antioksidan yang lebih tinggi,"ucapnya.
Dia mengatakan, proses pembuatan dimulai dari pemilihan biji alpukat. Kemudian, biji alpukat itu dipanggang (roasting) selanjutnya masuk tahap grinder sampai menjadi bubuk yang lebih halus.
"Itu untuk waktunya pembuatannya, untuk roasting bisa menghabiskan waktu sekitar 45 menit, sampai kering dan menghitam. Biji alpukat nya harus sampai benar-benar hitam, karena kalau hanya kering saja itu jadi mudah berjamur," ujarnya.
Dia menuturkan, untuk rasa kopi dari biji alpukat memiliki rasa yang lebih pekat dan pahit. Serta, memiliki harum yang khas berbeda dengan biji kopi.
"Jadi dia ada harumnya, khas gitu. Beda dengan kopi umumnya,"papar dia.
Dia mengatakan, selain menjadikan bubuk kopi biji alpukat untuk minuman. Dirinya juga mengkreasikan bubuk kopi alpukat dengan produk tiramisu.
"Selain bisa diminum ternyata biji alpukat ini juga enak kalau dipakai sebagai bahan tambahan tiramisu. Rasanya pun tidak kalah jauh bila dibandingkan dengan kopi biasanya, dan pastinya lebih sehat,"tuturnya.
Bahkan, produk olahan minuman dan tiramisu dari bubuk kopi alpukat buatannya mulai diperjualbelikan dengan nama Tipamicy Hat Bo.
"Alhamdulillah banyak yang suka juga, itu kami jual satu jar-nya seharga Rp20 ribu,"paparnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Vokasi UNY Komarudin mengatakan sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan anak didiknya.
"Tentu kami sangat mendukung, sebenarnya ini adalah tugas mata kuliah tapi dikemas dengan wirausahawan. Semoga ini bisa bermanfaat bukan hanya untuk mahasiswa tapi juga masyarakat," urainya. (ndg)
Catatan Pakar UGM tentang Makan Bergizi Gratis Budget Rp 10 Ribu: Masaknya Dekat Sekolah |
![]() |
---|
PMB PTKIN 2025 Mulai Dibuka, Diikuti 59 Kampus termasuk UIN Sunan Kalijaga |
![]() |
---|
Guru Besar UGM Raih Penghargaan dari Pemerintah Prancis |
![]() |
---|
Uji Coba Makan Bergizi Gratis, Siswa SD Muhammadiyah Suronatan Antusias |
![]() |
---|
Disdik Sleman Gelar Festival Komunitas Belajar 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.