Wonderful Riau Island

4 VERSI Legenda Gunung Daik di Pulau Lingga, Gunung Tertinggi di Kepri yang Punya 3 Puncak 

Inilah 4 versi legenda Gunung Daik atau cerita rakyat patahnya Puncak Cindai Menangis di Gunung Daik, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.

DOK. Instagram Asosiasi Pariwisata Nasional Provinsi Kepri
4 VERSI Legenda Gunung Daik di Pulau Lingga, Gunung Tertinggi di Kepri yang Punya 3 Puncak  

TRIBUNJOGJA.COM, KEPULAUAN RIAU - Gunung Daik adalah gunung non vulkanik dengan ketinggian 1.165 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Gunung ini merupakan gunung tertinggi di wilayah Kepulauan Riau.

Sebagai informasi, Gunung Daik memiliki 3 puncak, yaitu : 

  1. Gunung Daik
  2. Gunung Pejantan
  3. Gunung Cindai Menangis

Lokasi Gunung Daik berada di Kabupaten Lingga, Pulau Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Ada hal unik tentang puncak Gunung Daik. Terdapat legenda Gunung Daik yang menceritakan tentang penghuni ketiga puncak Gunung Daik

Mahkluk yang menghuni Gunung Daik tersebut dikenal sebagai “Orang Bunian”.

Orang Bunian adalah sejenis makhluk halus (berbeda dari manusia) namun sering berinteraksi dengan masyarakat yang tinggal disekitar Gunung Daik

Terdapat sebuah karya sastra Melayu lama yang memuat tentang Gunung Daik.

Melansir laman disbud.kepriprov.go.id, Gunung Daik semakin terkenal di alam Melayu lewat karya sastra tersebut.

Karya sastra Melayu lama itu berupa sebuah pantun yang pernah dikarang oleh orang Melayu Lingga zaman dahulu kala, dan pernah dimuat dalam buku “Pantun-pantun Melayu” yang disusun oleh Haji Ibrahim Orang Kaya Muda bersama H. Von de Wall, dan dicetak di percetakan W Bruining di Batavia tahun 1877. 

Dalam kumpulan pantun dapat ditemukan penggunaan kata “Gunung Daik”. Pantun tersebut berbunyi : 

Pulau Pandan jauh ke tengah
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan dikandung tanah
Budi yang baik dikenang juga

Bagaimana kisah tentang Gunung Daik versi Dinas Kebudayaan Kepri?

Simak Legenda Gunung Daik berikut ini, seperti dirangkum Tribunjogja.com dari laman resmi Dinas Kebudayaan Kepri disbud.kepriprov.go.id.

Gunung Daik, gunung tertinggi di Kepulauan Riau (Kepri)
Gunung Daik, gunung tertinggi di Kepulauan Riau (Kepri) (DOK. Instagram Asosiasi Pariwisata Nasional Provinsi Kepri)

Legenda Gunung Daik - Versi 1

"Datuk Kaya Kuning dan Mak Yah"

Menurut cerita rakyat yang berasal dari cerita Orang Kaya Cening yang bernama Abdul Manan, dikisahkan Gunung Daik mempunyai puncak yang bercabang tiga.

Menurut cerita rakyat, setiap cabang mempunyai nama tersendiri. 

Cabang sebelah kanan yang paling besar bernama Gunung Lingga.

Adapun cabang yang berada di tengah, yang tegak runcing, disebut dengan Gunung Pejantan. 

Selanjutnya, cabang paling kiri, yang paling pendek, bernama Cindai Menangis. 

Konon, menurut legenda, puncak Cindai Menangis menjadi pendek karena patah dan jatuh ke laut.

Patahan puncak Gunung Cindai Menangis yang jatuh ke laut itu menjadi Pulau Pandan yang terletak di sebelah barat Pulau Lingga. 

Pulau Pandan adalah sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni.

Terdapat berbagai legenda tentang patahnya Gunung Daik

Menurut cerita rakyat, patahnya Gunung Daik terjadi akibat pertarungan antara Datuk Kaya Kuning dengan Mak Yah, seorang wanita penguasa Lingga yang menjadi Raja Orang Laut Lingga.

Pertarungan dilakukan untuk adu kesaktian. Masing-masing mematahkan satu di antara puncak cabang Gunung Daik

Sebelum bertarung, Datuk Kaya Kuning dan Mak Yah berjanji, jika Mak Yah kalah, dia akan menyerahkan kekuasaan kepada Datuk Kaya Kuning. 

Dalam adu kesaktian, Mak Yah yang pertama maju untuk mencoba mematahkan puncak gunung. 

Ia sudah berupaya mengeluarkan seluruh kesaktiannya, namun usahanya gagal. 

Mak Yah menyerah karena kesaktiannya belum mampu mematahkan puncak gunung. 

Selanjutnya Datuk Kaya Kuning maju untuk memperlihatkan kesaktiannya. Datuk Kaya Kuning yang sakti berhasil mematahkan satu di antara puncak gunung. 

Patahan puncak gunung berguling ke bawah dan jatuh ke laut menjadi sebuah pulau yang diberi nama Pulau Pandan.

Melihat kesaktian Datuk Kaya Kuning yang mampu mematahkan puncak gunung, Mak Yah mengaku kalah. 

Setelah menerima kekalahan, Mak Yah pun tunduk terhadap Datuk Kaya Kuning. 

Mak Yah  menyerahkan kekuasaanya kepada Datuk Kaya Kuning untuk menjadi raja di seluruh Lingga dan memerintahkan Orang Laut.

Legenda Gunung Daik - Versi 2

"Raja Inderagiri Bertapa"

Selain tentang pertarungan Datuk Kaya Kuning dan Mak Yah, ada lagi legenda yang beredar di masyarakat tentang kisah patahnya puncak Gunung Daik.

Legenda tersebut menyebutkan bahwa patahnya Gunung Daik terjadi bersamaan dengan berakhirnya pertapaan Raja Inderagiri yang ingin menambah kesaktian. 

Menurut cerita rakyat, Raja Inderagiri mendaki Gunung Daik untuk bertapa. 

Pada hari akhir bertapa, Raja Inderagiri mendengar suara gemuruh dan dilihatnya satu di antara puncak Gunung Daik patah dan berguling ke bawah. 

Raja Inderagiri segera mengakhiri pertapaannya untuk menyelamatkan diri. 

Dia berlari turun ke bawah gunung untuk menyelamatkan diri dan tidak sadar bahwa keris saktinya terjatuh. 

Patahan puncak gunung berguling ke bawah dan jatuh ke laut menjadi Pulau Pandan.

Legenda Gunung Daik - Versi 3

"Wasiat Datu Kaya Montel"

Legenda Gunung Daik selanjutnya adalah kisah tentang patahnya Gunung Daik dan pertanda kematian Datuk Kaya Montel yang tinggal di Pulau Lingga. 

Pada suatu hari, Datuk Kaya Montel penguasa Lingga sekaligus Raja Orang Laut, sedang sakit keras. 

Datuk Kaya Montel adalah penjaga laut. Menurut cerita rakyat, ia terakhir bertempat tinggal di Pulau Mepar, sebuah pulau kecil yang dijadikan benteng oleh sultan, lokasinya berada di selatan Pulau Lingga. 

Datuk Kaya Montel disegani oleh setiap orang karena kekuatan fisik dan spiritualnya. 

Dalam situasi yang sangat mendesak, Datuk Kaya Montel bisa membuat air laut menjadi seperti tanah yang dapat dipijak untuk kegiatan berjalan.

Kembali ke cerita legenda tentang Datuk Kaya Montel jatuh sakit.

Orang Laut yang mendengar bahwa Datuk Kaya Montel sakit keras, langsung berkumpul dan pergi bersama-sama ke Pulau Mepar. 

Orang Laut lantas mendapatkan pesan dari Datuk Kaya Montel yang menyatakan bahwa apabila terjadi suatu hal yang aneh dan menggemparkan di Pulau Lingga, itu artinya ia telah meninggal dunia.

Setelah mendengar wasiat dari Datuk Kaya Montel, seluruh Orang Laut kembali ke tempat masing-masing untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Kondisi Datuk Kaya Montel belum juga membaik dan pada suatu hari tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang dahsyat di atas puncak Gunung Daik hingga terdengar sampai ke laut. 

Orang Laut terkejut mendengar suara bergemuruh dari gunung.

Pada pagi harinya, mereka melihat salah satu puncak gunung telah patah. 

Di tengah laut pun kemudian muncul pulau baru yang berasal dari patahan puncak gunung. 

Orang Laut teringat wasiat Datuk Kaya Montel dan mereka menjadi sangat sedih.

Patahnya salah satu puncak Gunung Daik dipercaya sebagai tanda alam bahwa Datuk Kaya Montel telah wafat di Pulau Mepar. 

Orang Laut yang teringat wasiat dari Datuk Kaya Montel datang kembali beramai-ramai mengunjungi Pulau Mepar untuk menyampaikan duka cita. 

Legenda Gunung Daik - Versi 4

"Tangisan Puncak Cindai"

Nama puncak “Cindai Menangis” semula bernama “Cindai” (tanpa kata “menangis”).

Menurut legenda, sebelum Puncak Cindai patah, masyarakat yang tinggal di sekitar gunung yang indah permai sering mendengar suara tangisan.

Menurut orang-orang,suara tangisan yang selalu terdengar pada malam hari itu bersumber dari puncak gunung tersebut.

Setelah Puncak Cindai patah, orang-orang tua menafsirkan bahwa tangisan yang mereka dengar adalah pertanda bahwa Puncak Cindai akan patah.

Mereka percaya, Puncak Cindai merasa sedih karena dirinya akan berpisah untuk selamanya dengan cabang lain yakni Puncak Daik dan Puncak Pejantan. 

Kendati demikian, tidak ada yang tahu pasti kapan peristiwa patahnya Gunung Daik (Puncak Cindai) terjadi.

Demikian 4 versi Legenda Gunung Daik.

Rekomendasi wisata di Kabupaten Lingga

Pantai Sunset di Kampung Pane, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.
Pantai Sunset di Kampung Pane, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Pemerintah Provinsi Kepri telah menetapkan sejumlah kawasan strategis yang dijadikan rekomendasi destinasi wisata di Kepri.

Hal tersebut tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepri Nomor 1263 tahun 2022 tentang “Destinasi Pariwisata, Kawasan Strategis Pariwisata dan Daya Tarik Wisata Provinsi Kepri”.

Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengatakan, penetapan itu bertujuan memajukan kesejahteraan masyarakat, meratakan kesempatan berusaha dan optimalisasi potensi ekonomi dan karakteristik daerah.

“Serta untuk mengangkat dan melindungi nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat, dan menjaga kelestarian alam,” imbuhnya.

“Diperlukan penentuan wilayah pariwisata dan daya tarik wisata agar pengembangan yang dilakukan dapat lebih terarah,” kata Ansar Ahmad.

Masing-masing daerah memiliki destinasi wisata unggulan, termasuk wilayah Kabupaten Lingga.

Bagian depan dari obyek wisata Situs Istana Damnah di Lingga.
Bagian depan dari obyek wisata Situs Istana Damnah di Lingga. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Berikut beberapa rekomendasi wisata di Kabupaten Lingga yang termuat dalam SK Gubernur Kepri.

  • Museum Linggam Cahaya
  • Situs Istana Damnah
  • Air Terjun Resun
  • Pemandian Air Panas
  • Air Terjun Lubuk Papan

(Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved