Berita Bisnis Terkini

Tingginya Harga Bawang Merah di DIY Bisa Picu Inflasi

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY terus berupaya untuk menekan harga bawang merah di DIY.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM/Neti Istimewa Rukmana
bawang merah 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY terus berupaya untuk menekan harga bawang merah di DIY.

Apalagi harga bawang merah di DIY sempat mengalamii kenaikan hingga Rp70.000 per kilogramnya.

Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan tingginya harga bawang merah disebabkan oleh penurunan produksi di beberapa sentra bawang merah yang memasok ke DIY.

Penurunan produksi tersebut karena adanya banjir di beberapa wilayah seperti, Brebes, Gobogan, Demak, Cirebonm dan Kendal.

Di tengah penurunan produksi, permintaan bawang merah meningkat karena dipicu ramadan dan Idulfitri.

“Harga bawang merah memang sempat mengalami kenaikan hingga Rp70.000 per kilogramnya. Saat ini sudah ada kecenderungan menurun,” katanya, Jumat (17/05/2024).

Untuk menekan harga, pihaknya telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk penyediaan bawang merah dalam pasar murah.

Di sisi lain, pihaknya juga mendorong distributor mencari pasokan untuk pemenuhan kebutuhan bawang merah.

Terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Ibrahim mengungkapkan inflasi di DIY mulai terjaga akhir-akhir ini.

Beras sempat menjadi komoditas pendorong inflasi.

Hal itu karena fenomena El Nino yang menyebabkan tertundanya musim tanam, dan berakibat pada mundurnya puncak panen raya. 

“Tetapi kemarin April sudah ada yang mulai (panen), dan Mei ini puncak di beragai daerah. Oleh karena itu harga padi membaik. Tetapi bawang merah ini, memerah gitu (terjadi kenaikan harga). Harapannya ini tidak berlangsung lama juga,” ujarnya.

Menurut dia, inflasi ini bisa dicegah dengan ketersediaan pasokan yang memadai.

Pihaknya pun telah berkoordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terkait dengan ketersediaan pasokan di DIY.

Di samping itu pihaknya juga mendorong optimalisasi kerja sama antar daerah, agar pasokan di DIY terjaga.

“Ketika otoritas tidak menyediakan pasokan yang memadai dalam jumlah seimbang, yang terjadi adalah ketidakseimbangan supply and demand (penawaran dan permintaan). Ketika demandnya meningkat, supply tetap, harganya akan naik. Ketika demand meningkat, harus diimbangi dengan tambahan pasokan,” terangnya. 

Deputi Kepala Perwakilan BI DIY, Hermanto menambahkan BI DIY berpartisipasi dalam upaya pengendalian inflasi. Kerangka 4K yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif masih terus dilakukan.

"Dalam program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) ada tujuh program yang dilakukan. Salah satunya penguatan ketahanan komoditas strategis. Ada tiga pangan strategis yang dipilih yakni beras, cabai, dan bawang merah. Andilnya (komoditas strategis) masih sekitar 7 persen secara tahunan atau (YoY) (pada inflasi). Ditargetkan bisa turun hingga di bawah 5 persen (YoY)," imbuhnya. ( Tribunjogja.com )

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved