Cerita Duka Guru Madrasah Sekeluarga di Agam Tewas Disapu Lahar Dingin

Musibah banjir bandang atau banjir lahar dingin yang melanda Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) menyisakan banyak cerita duka

Editor: Joko Widiyarso
BNPB
Banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, AGAM - Musibah banjir bandang atau banjir lahar dingin yang melanda Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) menyisakan banyak cerita duka.

Salah satunya adalah tewasnya guru senior di Madrasah Diniyah Limo Jurai, Sungai Puar, Kabupaten Agam, Sumbar.

Guru itu bernama Syaukani Sani. Ia meninggal tersapu banjir bersama rumahnya di Kapalo Koto, Sungai Puar.

Syaukani adalah guru senior di Madrasah Diniyah Limo Jurai. Tokoh Masyarakat Kapalo Koto, Sastra, menyebut saat banjir lahar dingin melanda pemukiman warga pada Sabtu (11/5/2024) malam, Syaukani tengah berada di rumahnya bersama istri, anak kandung, dan anak saudaranya.

"Kalau untuk bagaimana informasi pasti mereka hanyut, mungkin tidak ada yang tahu. Tapi setelah banjir terjadi, Syaukani dan keluarganya sudah tidak terlihat lagi," kata Sastra, Selasa (14/5/2024).

Rumah warga hancur akibat banjir lahar dingin, Minggu (12/5/2024) di Agam, Sumatera Barat
Rumah warga hancur akibat banjir lahar dingin, Minggu (12/5/2024) di Agam, Sumatera Barat (Dok BPBD Agam)

Sastra kemudian menceritakan bagaimana kondisi cuaca pada malam itu yang diguyur hujan lebat ditambah listrik mati, membuat masyarakat fokus memperhatikan kondisi masing-masing.

Tak ada yang menyadari jika aliran lahar dingin malam itu menyapu rumah Syaukani bersama semua anggota keluarganya.

Hingga keesokan harinya warga melihat rumah Syaukani sudah rata dengan tanah. Tidak satupun yang tersisa, kecuali pondasi batu.

Jenazah Syaukani baru ditemukan pada siang harinya. Jasadnya ditemukan berkilo meter dari lokasinya hanyut.

"Waktu siang, satu per satu jenazah keluarga Syaukani ditemukan. Sampai pukul 12.00 WIB," ujar Sastra.

Jenazah yang pertama ditemukan merupakan jenazah Syaukani. Setelah itu warga menemukan jasad anaknya Nayla Rusyda, dan terakhir istrinya Efniza Zainal.

Sedangkan anak dari saudara Syaukani, pasca banjir ditemukan tersangkut.

Kondisi tubuhnya mengalami luka berat sehingga harus menjalani perawatan di Kota Padang.

Jasad Syaukani bersama istri dan anaknya kemudian langsung dimakamkan pada hari yang sama.

Saat pemakaman Sastra menyebut liang kuburan Syaukani dan istrinya disatukan, sementara liang kuburan anaknya dipisah.

"Jadi, hanya ada dua kuburan saja untuk pemakaman mereka bertiga," ujarnya.

Sastra bersaksi Syaukani Sani merupakan orang yang sangat baik dan banyak berbuat untuk kampung halamannya.

"Terakhir saya bertemu Syaukani pada salat Jumat, ia jadi khatib salat waktu itu," terangnya.

Menurut Sastra, selama berbaur di tengah masyarakat Syaukani merupakan warga yang ramah dan santun.

Sebagai guru dan ustaz, Syaukani menjadi panutan bagi masyarakat setempat.

"Padahal, biasanya setiap Senin, Syaukani selalu memberi pengajian di pasar Aur Kuning. Tapi jelang hari rutinitasnya itu, ia sudah tiada," ujar Sastra.

Musibah banjir lahar dingin di Sumatera Barat yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) malam itu telah menewaskan puluhan orang.

Hingga kemarin tercatat total 50 orang meninggal, 27 orang hilang, 37 orang luka-luka, dan 3.396 jiwa mengungsi akibat bencana di berbagai wilayah Sumatera Barat.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, dalam keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa data korban masih bisa berubah.

Ia menekankan pentingnya percepatan pencarian korban yang masih hilang dengan menggunakan alat berat dalam waktu 72 jam (golden time).

"Upaya pencarian akan terus dilakukan sampai ketemu, terutama jika ada permintaan dari keluarga korban," ujar Suharyanto.

Hingga kemarin petugas masih melakukan pencarian terhadap para korban yang hilang.

Kepala Basarnas Marsdya TNI Kusworo mengaku telah mengerahkan personelnya mencari korban banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Sumatera Barat hingga seluruhnya berhasil ditemukan.

Kusworo menjelaskan meski operasi SAR ditargetkan dilakukan selama 7 hari, namun personelnya tetap akan mencari korban yang hilang hingga seluruhnya ditemukan.

"Kalau kita kan memang operasi sampai 7 hari, tapi di sisi lain itu kan hitungan dalam arti kata target kita. Tapi kalau memang seperti kejadian di Marapi lalu itu sampai 3 minggu. Jadi walaupun sudah ditentukan (waktunya), tetap kita (cari). Kalau ada yang belum ketemu, kita akan cari terus," kata Kusworo usai melaksanakan penandatanganan MoU tentang Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini di kantor Basarnas RI Jakarta pada Selasa (14/5/2024).

Berdasarkan data sementara yang telah diverifikasi Basarnas, hingga Senin (13/5/2024) pukul 23.00 WIB terdapat 22 orang yang masih dalam pencarian.

Mereka terdiri dari 19 orang di Kabupaten Tanah Datar dan 3 orang di Kabupaten Agam.

Terpisah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku akan segera meninjau lokasi banjir bandang Sumatera Barat yang telah menewaskan puluhan orang itu.

Jokowi mengatakan saat ini masih mengecek jadwal. Namun, ia memastikan akan terjun langsung dalam waktu dekat.

"Kalau waktunya sudah ketemu, saya akan segera tinjau ke sana, ke Sumatera Barat, baik memberikan bantuan dan memberikan solusi ke (warga) yang terdampak," kata Jokowi di RSUD Kabupaten Konawe, Selasa (14/5/2024).

Dia mengatakan terus memantau keadaan penanganan bencana di Sumbar.

Dia juga telah menugaskan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto untuk mengecek kondisi di lapangan.

Jokowi menyebut para pengungsi sedang ditangani petugas. Jalan-jalan yang rusak sedang diperbaiki.

"Sudah kami telepon juga perkembangannya seperti apa, kondisinya seperti apa, kami ikuti," ujar Jokowi. (tribun network/pnj/git/fik/dod)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved