Cegah Bencana Tanah Longsor, BPBD Magelang Tanam Vetiver di 7 Titik Rawan Longsor

Pada tahun ini telah teragendakan tujuh lokasi daerah rawan longsor dan bekas terjadinya longsoran yang akan dilakukan penanaman.

Dok. Istimewa
Personel Satgas BPBD Kabupaten Magelang saat menanam rumput vetiver di tebing bekas longsoran Dusun Gejiwan Desa Krasak 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Magelang merehabilitasi lahan pascalongsor maupun rawan longsor di Kabupaten Magelang dengan melakukan penanaman rumput vetiver.

Pada tahun ini telah teragendakan tujuh lokasi daerah rawan longsor dan bekas terjadinya longsoran yang akan dilakukan penanaman.

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Magelang, Teguh Hardiyono, merinci ketujuh lokasi yang akan dilakukan penanaman yakni Dusun Gejiwan Desa Krasak, Dusun Pandansari Desa Kalisalak, dan Dusun Kembang I Desa Jebengsari Kecamatan Salaman.

Kemudian di Dusun Tlahapjurang Desa Lesanpuro, Dusun Sabrang Desa Wuwuharjo, Kecamatan Kajoran.

Selanjutnya di Dusun Miriombo Desa Giripurno, Borobudur dan Dusun Drepowangsan Desa Tejosari Ngablak.

Dia menjelaskan, dipilihnya lokasi-lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan dan kajian yang sudah dilakukan pihaknya.

Salah satunya yaitu kecukupan sinar matahari di lokasi yang akan ditanam Vetiver.

"Secara teori vetiver ini termasuk tanaman C4 karakteristik tanaman tersebut membutuhkan akses sinar matahari secara langsung, kebetulan lokasi-lokasi yang kita tanam berada di lokasi yang cukup ideal sinar mataharinya. Kemudian pertimbangan selanjutnya lokasi tersebut memang sudah beberapa kali terjadi longsor dan disitu ada hunian yang terancam," ungkapnya.

Dia mengatakan sistem penanaman vetiver merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memitigasi terjadinya bencana tanah longsor.

"Perlu dipahami juga vetiver ini bukan segalanya, artinya harus ada pendekatan yang lain secara simultan dilakukan, contoh bagaimana mengatur tata Kelola air di sekitar, karena yang namanya bencana longsor itu kalau kita amati yang paling dominan karena faktor air, itu bisa kita cek," terangnya.

Mengenai sistem penanamannya sendiri, menurut Teguh, tergolong praktis, tidak mahal, mudah dipelihara, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan.

"Vetiver juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat cepat menyebar liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya. Keistimewaan vetiver sebagai tanaman ekologis disebabkan oleh sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah saat ini rekor akar vetiver terpanjang adalah 5.2 meter," jelasnya.

Akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras.

Di lereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat.

Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya.

Kondisi ini bisa mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga vetiver dijuluki sebagai 'kolom hidup'. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved