Ramadan 2024

Mutiara Ramadan: Semangat Silaturahmi

amadan bulan berlimpah pahala. Kaum muslim berlomba-lomba meningkatkan kemesraan dan kedekatan dengan Allah melalui amaliah ibadah.

Editor: ribut raharjo
Istimewa
Nelly Saraswati, Guru MTsN 10 Sleman 

Oleh: Nelly Saraswati, Guru MTsN 10 Sleman

TRIBUNJOGJA.COM - Ramadan bulan berlimpah pahala. Kaum muslim berlomba-lomba meningkatkan kemesraan dan kedekatan dengan Allah melalui amaliah ibadah sepert salat taeawih, tadarus, salawat, zikir, dan memperdalam ilmu agama.

Tak kalah penting, Allah menyukai amal shalih yang memberi manfaat sesama manusia karena salah satu hikmah puasa yakni meningkatkan kepedulian, solidaritas, dan kasih sayang.

Peningkatan ibadah di bulan Ramadan berkaitan erat dengan peningkatan kedekatan sosial antaranggota masyarakat dan terlebih kedekatan antarangota keluarga.

Bulan Ramadan momentum tepat meningkatkan tali silaturahmi atau tali persaudaraan. Begitu pentingnya silaturahmi hingga Allah mensejajarkannya dengan perintah menyembah kepada Allah.

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS An-Nisa: 36)

Terhadap kaum dhuafa, yatim, fakir, dan miskin, Islam mengajarkan umatnya untuk peduli. Momentum Ramadan menyuburkan kepedulian kepada kaum dhuafa dengan zakat, infak, dan sedekah.

Haus dan dahaga selama berpuasa meringankan hati untuk empati, peduli, dan diharapkan dapat menjadi pemantik untuk mempraktikkan kepedulian sepanjang tahun.

Selain pihak di atas, silaturahmi terhadap orang tua dan keluarga hal yang diutamakaan. Teknologi komunikasi tak dipungkiri mampu menjembatani jarak dan waktu. Media sosial menjadi sarana praktis saling menyapa.

Namun demikian, perjumpaan langsung bertatap muka tak tergantikan. Hangatnya jabat tangan, sentuhan, pelukan, tatap muka, senyuman, dan perbincangan tak tergantikan dengan media komunikasi secanggih apa pun. Ramadan dan Idul Fitri menjadi momen untuk menghangatkan kembali silaturahmi secara tatap muka.

Mudik atau pulang kampung merupakan salah satu wujud berbakti kepada orang tua dan menjaga silaturahmi dengan sanak saudara. Rasulullah bersabda yang artinya, "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara." (HR Bukhari).

Merantau ataupun tidak, kewajiban silaturahmi merupakan bagian dari berbakti kepada orang tua. Namun, bagi perantau, Ramadan dan Lebaran menjadi kesempatan dan peluang emas mengunjungi orang tua.

Melekatnya budaya mudik, menjadikan orang tua merasakan patah hati bila si anak rantau absen mudik pada momen lebaran.

Orang tua dilanda rasa sepi dan hampa ketika anak tetangga berkesempatan mudik sedangkan anak sendiri berhalangan. Faktor inilah yang mejadi energi besar anak rantau untuk mudik Ramadan dan ldul Fitri.

Kewajiban berbuat baik dan menjalin silaturahmi tak terhenti meski orang tua telah tiada. Anak rantau menyempatkan diri mudik untuk berziarah dan mendoakan orang tua.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved