Warga Gunungkidul Suspek Antraks
Satu Warga Gunungkidul Suspek Antraks, Sekda DIY Tekankan Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor
Perlu kolaborasi antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY untuk melakukan penyelidikan epidemiologi secara terpadu
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor bersama masyarakat untuk mencegah penularan penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
Hal tersebut dikatakan Beny merespon adanya temuan satu warga Dusun Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul, yang harus mendapatkan perawatan di RSUD Prambanan dikarenakan dugaan terpapar antraks.
"Kalau itu terjadi (kasus warga terpapar antraks), tentu perlu sinergi bersama supaya ini tidak melebar. Ini kan terus menerus ada, kita sudah melakukan upaya maksimal tapi kemudian ada lagi (kasusnya). Masalahnya ini kan mudah menular, sehingga harus cepat dilakukan assesment dan isolasi," kata Beny, ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (8/3/2024).
Ditambahkan Beny, perlu kolaborasi antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY untuk melakukan penyelidikan epidemiologi secara terpadu, penyuluhan dan skrining kepada seluruh warga masyarakat yang kontak dengan ternak yang mati/sakit.
"Dinkes dan Dinas Pertanian harus kolaborasi lintas sektor," ujarnya.
Baca juga: BREAKING NEWS : Seorang Warga Gunungkidul Suspek Antraks, Dinkes Lakukan Pelacakan
Adapun upaya penanganan yang dapat dilakukan apabila terjadi kasus antraks antara lain tidak mengonsumsi hewan ternak yang sakit atau mati mendadak.
Hewan yang mati karena antraks agar segera dikubur dalam tanah minimal sedalam 2 meter.
Selain itu, daging hewan yang disembelih karena sakit tidak boleh dibagikan kepada warga, dan khusus kepada peternak sapi dan kambing untuk memvaksin hewannya.
Sebelumnya, kasus antraks diduga kembali muncul di wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Disebutkan adanya seorang warga di Dusun Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul, harus mendapatkan perawatan di RSUD Prambanan dikarenakan dugaan terpapar antraks.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan pihaknya mendapatkan informasi tersebut pada Kamis (7/3/2024) dari Dinas Kesehatan Sleman.
Dimana, ada seorang warga dari Gunungkidul yang dirawat di RSUD Prambanan suspek antraks.
"Kemudian, setelah mendapatkan berita saya berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH), tentu nanti mereka akan turun untuk mensurvei kondisi hewannya,"ujarnya di kantor Pemkab Gunungkidul, Jumat (8/3/2024).
Tak hanya itu, pihaknya juga akan turun ke lokasi untuk melakukan pelacakan dan surveilans.
Hal itu dilakukan untuk memastikan adakah warga lain yang juga terpapar.
"Karena memang informasinya baru hari ini, jadi secara total yang terkena saya belum bisa melaporkan. Namun, yang pasti kami akan melakukan surveilans dan pelacakan siapa saja yang makan daging sapi atau kambing mati. Itu seperti biasa kami lacak, dan melihat ada yg bergejala atau tidak. Kemudian pengambilan sampel seperti prosedur yang ada,"paparnya.

Sementara itu, saat ditanya riwayat daripada pasien suspek antraks, dirinya belum bisa memastikan.
"Riwayatnya belum bisa dipastikan karena baru dilacak. Itu penyebabnya, apakah mengonsumsi atau tidak, juga masih kami telusuri. Dilaporkan baru dapat satu saja,"ujarnya.
Terpisah, Panewu Gedangsari, Eko Krisdiyanto, mengatakan adanya dugaan antraks yang menimpa seorang warganya itu bermula saat ada seekor sapi milik warga yang mati.
Sapi itupun langsung dikubur oleh pihak Puskeswan.
"Kronologisnya belum konfirmasi tim di lapangan. Tadi dari Puskesmas ada yang melaporkan warga sakit suspek antraks,"ucapnya.
Pihaknya belum bisa menjelaskan rinci kronologi peristiwa ini.
Namun dari pihak Puskesmas Gedangsari dipastikan telah melakukan penanganan terhadap satu warga tersebut.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta. mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai penyakit antraks dengan upaya tidak memotong maupun mengonsumsi hewan yang sakit.
"Kemudian Jangan diberandu (dibagi-bagikan). Di sana kan ada Puskeswan itu ditanya lah, ini kan sangat berdampak,"urainya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.