Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi Nyanyian Duka Bagi Ibu Hartojo Andangdjaja: Mungkin kau heran ke mana aku pergi malam malam
Puisi Nyanyian Duka Bagi Ibu Hartojo Andangdjaja: Mungkin kau heran ke mana aku pergi malam malam
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Puisi Nyanyian Duka Bagi Ibu Hartojo Andangdjaja
Nyanyian Duka bagi Ibu
Yang Mati Sebelum Tahu
Anaknya Bakal Tumbuh Dewasa
Jadi Penyair
buat Lydia Pacis
Mungkin kau heran ke mana aku pergi malam-malam
ketika kau ingin aku di rumah, dan kamar kosong,
Kita saling memandang, ibu dan anak,
Cakup kenal satu dengan yang lain. Aneh.
Tak pernah aku jadi kau, atau mimpi-mimpi liar
yang mestinya sudah kuceritakan padamu: di manakah kau kini?
Umur tiga tahun, aku mesti tidur dan menangis
dikejutkan mimpi-mimpi, dan seorang adik lelaki yang lebih kecil
dan seorang kakak perempuan berwajah seperti wajahmu, tapi tak lagi
punya senyum yang mengingatkan kembali masa remajamu.
Ayah mengeluh tentang pekerti adikku.
Umur duapuluh dua, aku selalu menoleh ke belakang.
Kubayangkan lelucon-lelucon kesukaanmu; kunyanyikan nyanyian-nyanyian
yang kau pasti suka menyanyikannya.
Kau meninggal di bulan Oktober. Pada hari
ketika kau dikabarkan, telah kusakiti mataku.
Apa yang bisa kutahu, depan makammu?
Tentulah aku berpikir: bunga-bunga manis jelita.
Hari ini, tak ada seorang pun mengatakan padaku
kau paling jelita, aku memiliki matamu.
Banyak kali aku mengurung diri.
Dalam tidurku aku berdandan, menyisir rambut
dan menggosok sepatu hingga terbangun
dengan sedih seberat hari ketika kau mati
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.