Tren Bersepeda Kian Menurun, Produsen Banting Harga

Produsen sepeda di Tanah Air terus berupaya melakukan inovasi untuk tetap menjaga kelangsungan bisnis mereka.

Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM/Taufiq Syarifudin
ILustrasi: Buyer ATF 2023 diajak bersepeda mengelilingi Desa Banguncipto sejauh 15-20 kilometer, Selasa (7/2/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Produsen sepeda di Tanah Air terus berupaya melakukan inovasi untuk tetap menjaga kelangsungan bisnis mereka.

Seperti diketehui, minat masyarakat terhadap aktivitas bersepeda yang menurun telah memengaruhi industri pembuatan sepeda di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), Eko Wibowo, sepeda mengalami popularitas yang meningkat secara signifikan selama pandemi Covid-19 pada tahun 2020.

Waktu itu, sebagian besar masyarakat yang tiba-tiba menjadi gemar bersepeda, yang menyebabkan permintaan akan produk tersebut meningkat pesat.

Namun, seiring berakhirnya pandemi, minat masyarakat terhadap bersepeda mulai meredup.

Hal ini terjadi karena banyaknya masyarakat yang kembali bekerja di kantor sehingga memiliki waktu yang lebih sedikit untuk bersepeda.

Selain itu, masalah polusi udara di kota-kota besar juga menjadi alasan bagi sebagian orang untuk enggan bersepeda.

Tidak hanya itu, penurunan daya beli sebagian masyarakat pascapandemi juga menjadi faktor yang signifikan.

"Era ini ditandai dengan penurunan industri sepeda. Pada tahun 2023 saja, penjualan sepeda turun hingga 70 persen," ungkap Eko, Kamis (29/2/2024).

Apsindo juga menyoroti kesalahan banyak produsen sepeda yang salah dalam membaca arah tren industri selama pandemi Covid-19.

Banyak dari mereka mengira bahwa permintaan akan sepeda baru akan tetap tinggi meskipun pandemi berakhir.

Namun, kenyataannya tidak demikian. Banyak produsen sepeda yang berlebihan dalam memproduksi sepeda, menyebabkan stok menumpuk di gudang karena tidak terserap di pasar.

Hal yang sama juga dirasakan oleh importir sepeda yang terlalu bersemangat dalam mengimpor sepeda dari luar negeri.

Hal ini berkontribusi pada penurunan harga sepeda di pasar. Saat ini, harga sepeda telah mengalami diskon hingga 50 % untuk berbagai tipe guna mengurangi stok yang menumpuk di gudang dan menjaga arus kas produsen.

"Meskipun begitu, produsen tetap menjaga harga agar tetap menguntungkan," tambah Eko.

Meskipun demikian, Apsindo tetap optimis terhadap kinerja industri sepeda nasional pada tahun 2024.

Setidaknya, diperkirakan penjualan sepeda akan tumbuh sekitar 30 % tahun ini.

Sepeda lipat menjadi salah satu tipe sepeda yang potensial dicari konsumen sepanjang tahun ini, terutama untuk kebutuhan transportasi jarak dekat.

Sementara itu, penjualan sepeda gunung kemungkinan akan tetap stagnan, kecuali bagi mereka yang memiliki hobi bersepeda.

"Produsen terus berusaha menghadirkan model-model baru untuk membangkitkan minat pasar dan menyelesaikan stok sepeda lama," tambahnya.

Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved