Puisi Mustafa Ismail
Puisi Lebaran 1 Mustafa Ismail: Takbir itu mengingatkanku pada lilin lilin aneka warna di sepanjang
Puisi Lebaran 1 Mustafa Ismail: Takbir itu mengingatkanku pada lilin lilin aneka warna di sepanjang
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Puisi Lebaran 1 Mustafa Ismail
(elegi kampung halaman)
Takbir itu mengingatkanku pada lilin-lilin aneka warna
di sepanjang pagar halaman rumah
berbaris seperti membentangkan sejarah panjang
lalu iring-iringan orang lewat, sebuah karnaval,
mengkumandangkan bait-bait kemenangan
Ibu bersiap di dalam: tepung beras, daun pisang muda,
juga kukusan. Di dapur, tungku menyala
besok lebaran, besok lebaran. Adik selalu girang
memandang timphan-timphan yang sudah matang
tadi siang, kami sudah pula menikmati daging makmeugang
Malam bergulir seperti perlahan, banyak orang
menanti-nanti dan mata seperti tak hendak terpejam
sudah ada sejumlah rencana: Batee Iliek, Krueng Kumala,
atau ke Sigli: mencatat keramaian demi keramaian
sekali setahun, setelah itu kembali ke arloji nan sibuk
Tak ada yang bernama kerikil, apalagi tetesan darah
yang membuat kami cemas pergi jauh dan ingin cepat-cepat
pulang. Tak ada suara letusan, tak ada orang menangis
karena sang ayah tak pulang, juga tak ada kematian tanpa kubur
Tuhan selalu datang hati-hati: Maha Besar
Tapi takbir kini membikinku makin jauh
dari lilin-lilin aneka warna di pagar halaman. Juga dari rumah
yang ditinggal pergi, setelah langit menjadi gelap dan
orang-orang menangisi nasib
menanti hujan yang pernah lagi turun
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.