Cerita Korban Selamat Bencana Tanah Longsor di Luwu, Istri Mansyur Lompat ke Jurang

Bencana tanah longsor menerjang Kecamatan Bastem, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (26/2/2024) sekitar pukul 9.10 WIB.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Basarnas Makassar
Tim SAR Gabungan melakukan evakuasi di lokasi longsor di Bastem, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (26/2/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, LUWU - Bencana tanah longsor menerjang Kecamatan Bastem, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (26/2/2024) sekitar pukul 9.10 WIB.

Material longsoran menimbun puluhan warga yang berada di bawahnya.

Hingga pukul 16.00 waktu setempat, proses evakuasi korban dihentikan sementara lantaran hujan deras kembali mengguyur lokasi kejadian.

Rencananya, proses evakuasi akan dilanjutkan pada Selasa (27/2/2024) pagi ini.

Sementara itu, hingga Senin sore kemarin, 4 korban dinyatakan tewas dalam bencana tanah longsor tersebut.

Lalu 10 orang lainnya berhasil selamat.

Diperkirakan masih ada puluhan warga yang tertimbun material longsoran.

Selain itu, 15 kendaraan roda dua dan dua mobil juga ikut tertimbun.

Salah satu korban selamat dalam bencana tanah longsor tersebut, Mansyur menceritakan detik-detik bagaimana material longsoran menimbun warga yang berada di bawah tebing.

Saat kejadian, Mansur mengaku dirinya sedang mengendarai sepeda motor bersama istrinya.

Saat itu Mansyur hendak mengantar istrinya ke sekolah tempat sang istri mengajar.

Setiba di lokasi kejadian, Mansyur dan sejumlah pengendara lainnya berhenti di tengah jalan karena material longsoran sudah menutupi badan jalan.

Tiba-tiba, longsor susulan yang lebih besar terjadi dan langsung menimbun warga yang berada di bawah tebing.

"Sebelumnya ada longsor pertama, tidak bisa dibilang kecil juga, karena sudah menutupi badan jalan. Kemudian tidak berselang lama, kembali ada longsor susulan," ujarnya, Senin, dikutip dari Tribun Timur.

Baca juga: Tanah Longsor Timpa Tempat Produksi Grubi di Magelang, 4 Pekerja Terluka

Mengetahui longsor susulan yang lebih besar, Mansyur dan istrinya pun langsung panik.

Sang istri langsung berlari dan melompat ke jurang untuk menghindari material longsoran.

 "Saya sama istri langsung lari. Istri saya lompat ke jurang untuk menghindari longsor," ucapnya.

Pasangan suami istri tersebut berhasil lolos dari terjangan longsor.

"Hanya saja kaki istri saya keseleo, karena lompat ke jurang untuk menghindari longsor," ungkapnya.

Mereka kemudian dievakuasi ke rumah warga untuk mendapat perawatan.

Sementara itu Komandan pos Basarnas unit siaga SAR Palopo, Rifman mengatakan proses pencarian terhadap korban yang tertimbun material longsor dilakukan tim SAR gabungan Basarnas, BPBD Luwu dan Palopo, TNI, Kepolisian, Tagana, PMI dan PSC 119 Luwu dan Palopo.

Pascakejadian, tim SAR Gabungan berhasil menemukan belasan korban, dimana 4 orang di antaranya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

“Saat ini sudah ada 14 korban yang berhasil ditemukan, dari 14 korban longsor, 4 orang ditemukan meninggal dunia, 5 sedang dirawat di rumah sakit dan lainnya dalam keadaan selamat,” ucap Rifman seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Rifman mengungkapkan, proses pencarian korban tanah longsoran di hari pertama berlangsung hingga pukul 16.00 waktu setempat.

Petugas memutuskan untuk menghentikan sementara proses pencarian karena hujan lebat mengguyur.

Jika terus dipaksakan, dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan sehingga dihentikan sementara waktu.

Proses pencarian akan dilanjutkan pada Selasa pagi ini.

Data Korban

Badan SAR Nasional (Basarnas) Unit Siaga Sar Palopo, Sulawesi Selatan, bersama tim SAR gabungan dari BPBD Luwu dan Palopo, Tagana, PMI, PSC 119, TNI dan Polri bersama warga, telah berhasil mengidentifikasi korban meninggal dan yang menjalani perawatan akibat bencana tersebut.

Empat korban meninggal itu adalah Wanto (22) dan Miskawati (24) keduanya merupakan karyawan swasta.

Sementara Emelia (30) seorang bidan dan Mariama (57) adalah seorang guru honorer.

Sementara dari 10 korban selamat, lima orang di antaranya sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Mereka adalah Firdaus (19) karyawan swasta dan Markus (43) petani, keduanya merupakan warga Desa Tede. Seni (34) warga Desa Pantilang, Mardiana (60) warga Desa Bonglo, dan Delman (19) berasal dari Desa Barana. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved