Beras Premium di Ritel Modern Langka, Picu Kenaikan Harga

Harga beras premium di pasaran mengalami kenaikan karena dipicu minimnya pasokan dari distributor.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
Soleh, seorang pedagang di Klaster Beras Premium di Pasar Gedhe Klaten menata dagangannya. Foto diambil, Selasa (14/11/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Harga beras premium di pasaran mengalami kenaikan karena dipicu minimnya pasokan dari distributor.

Hal itu dirasakan oleh pelaku usaha ritel modern di sejumlah kota besar di Indonesia.

Ketua Umum APRINDO Roy Mandey mengatakan,pasokan beras premium kemasan 5 kilogram mulai sulit untuk didapatkan.

Pihak distributor yang selama ini memasok beras premium mulai kesulitan untuk mendapatkan beras.

Hal itu dipicu masa panen raya baru akan datang pada pertengahan Maret 2024 mendatang serta belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (10/2/2024).

Naiknya harga beras premium ini menurut Roy memicu kenaikan harga bahan pokok lainnya.

Kenaikan harga beras dan bahan pokok ini tidak hanya terjadi di Jakarta, namun juga terjadi di sejumlah wilayah lainnya.

Hal yang membuat Roy semakin khawatir adalah pada bulan ini menjadi momen para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan di gerai-gerai ritel modern.

Baca juga: PLN dan PWI Jateng Berikan Tali Asih Kepada Janda Wartawan Dalam Momentum Hari Pers Nasional 2024

Peritel mulai bersiap menyediakan bahan pokok bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah puasa pada pertengahan Maret 2024 dan merayakan Idul Fitri pada April 2024.

Roy pun harus menelan fakta bahwa saat ini peritel tidak ada pilihan selain membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal.

"Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan (harga sesuai) HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya?" pungkas Roy.

"Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut di gerai ritel modern? Karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” lanjutnya.

Maka demikian, Roy meminta relaksasi kebijakan HET untuk sementara waktu atas bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, dan beberapa komoditas lainnya yang berpotensi mengalami kenaikan harga di Februari ini.

Roy mengatakan, relaksasi HET ini bisa mencegah kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai-gerai ritel modern Indonesia.

Dia bilang, bila kelangkaan terjadi, maka akan bermuara kepada konsumen melakukan "panic buying".

"Mereka akan berlomba membeli, bahkan menyimpan bahan pokok karena khawatir barang akan habis dan situasi harga yang tidak stabil," ujar Roy.(*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved