Bahasa yang Dipakai dalam Berpuisi

TRIBUNJOGJA.COM-Puisi adalah hal yang bersifat bebas dan tidak terikat.

Meskipun demikian, penyair harus bisa memilah kata yang tepat agar puisi tidak rancu.

Kali ini kita akan membahas bahasa yang digunakan dalam berpuisi.  

Bahasa yang digunakan dalam puisi biasanya cenderung kepada konotatif, yaitu makna yang bukan makna sebenarnya (mengandung nilai rasa).

Oleh sebab itu, ketika kita membaca atau mendengar puisi seringkali perasaan kita terperanguh oleh bahasa-bahasa yang digunakan para penyair atau sastrawan.

Puisi yang baik itu, senantiasa mampu meninggalkan kesan yang mendalam atau menjadi akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca.

Bahasa yang Digunakan dalam Puisi

Dikutip dari modul Bahasa Indonesia Teks Puisi kemdikbud yang disusun oleh Kusen, dkk., dalam penyusunan larik dan baitnya, bahasa puisi bersifat konotatif, semantis, mengandung irama, rima dan ritme.

Dalam ebook Diksi dan Gaya Bahasa oleh Goyrs Keraf, makna konotatif merupakan suatu jenis makna di mana stimulus respons mengandung nilai-nilai emosional.

Oleh sebab itu, untuk menghindari interpretasi yang mungkin timbul, penyair atau sastrawan akan berusaha memilih kata dan konteks yang bebas interpretasi.

Contoh:

“Rembulan tenggalam di pelupuk matamu”

Penggalan bait ini mengartikan bahwa keindahan itu berhenti pada pelupuk matanya.

Rembulan bukanlah bulan yang teduh pada malam hari, melainkan mengartikan sebagai keindahan yang dialaminya kala itu. Hal ini menjadi konotasi yang dimaksud oleh bait tersebut.

Dikutip pula dari e-modul Bahasa Indonesia Kemendibud oleh Foy Ario, walaupun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung konotatif, namun tema puisi dapat dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut.