Puisi Sutan Takdir Alisjahbana

Puisi Menghadapi Maut Sutan Takdir Alisjahbana: Kulihat Kurasakan Peluru mendesing menembus kening

Puisi Menghadapi Maut Sutan Takdir Alisjahbana: Kulihat Kurasakan Peluru mendesing menembus kening

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
zoom-inlihat foto Puisi Menghadapi Maut Sutan Takdir Alisjahbana: Kulihat Kurasakan Peluru mendesing menembus kening
net
Puisi Menghadapi Maut Sutan Takdir Alisjahbana: Kulihat Kurasakan Peluru mendesing menembus kening

Puisi Menghadapi Maut Sutan Takdir Alisjahbana


Kulihat,

Kurasakan:

Peluru mendesing menembus kening,

Pedang bersinau memenggal leher,

dan

Tergulinglah jasad di tanah:

Darah mengalir merah panas.

 

Sekejap pendek:

Kaki melejang-lejang,

Urat berdenyut meregang-regang.

Sudah itu

Diam

Sepi

Mati,

Muka menyeringai pucat pasi.

 

Datang mendorong dari dalam:

Mana harapanku, mana cita-citaku?

Sebanyak itu lagi ‘kan kukerjakan!

Mana isteriku, mana anakku,

karib handai tolan?

Lenyapkah sekaliannya selama-lamanya?

Hampa!

Kelam!

Ngeri!

 

Tanganku mengapai-gapai:

orang karam mencari ranting.

Wahai nasib,

Sebanyak itu perjuangan!

Sebanyak itu pengikat!

Pemberat hati kepada dunia!

 

Sedangkan,

Dari semula telah kutimbang,

Kupikir, kurenung matang-matang:

Ditengah peperangan seluruh buana,

Hebat dahsyat tiada beragak:

Bom peluru mungkin menghancur remuk,

Perampok penyamun mungkin menggolok,

Disentri, kolera, lapar mungkin mencekik …

 

Dan diantara mati perlbagai mati,

Bukankah ini telah kupilih,

Dengan hati jaga, mata terbuka?

Wahai rahsia hidup!

Penuh pertentangan, penuh kesangsian!

Berat sungguh menjadi manusia!

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved