Puisi Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi Hidup Di Dunia Hanya Sekali Sutan Takdir Alisjahbana: Mengapa bermenung mengapa bermurung
Puisi Hidup Di Dunia Hanya Sekali Sutan Takdir Alisjahbana: Mengapa bermenung mengapa bermurung
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan

Puisi Hidup Di Dunia Hanya Sekali Sutan Takdir Alisjahbana
Mengapa bermenung mengapa bermurung?
Mengapa sangsi mengapa menanti?
Menarik menunda badai dahsyat
seluruh buana tempat ngembara
Ria gembira mengejar berlari
anak air di gunung tinggi
memburu ke laut sejauh dapat
Lihat api merah bersorak
naik membubung girang marak
mengutus asap ke langit tinggi!
Mengapa bermenung mengapa bermurung?
Mengapa sangsi mengapa menanti?
Hidup di dunia hanya sekali
Jangkaukan tangan sampai ke langit
Masuk menyelam ke lubuk samudra
Oyak gunung sampai bergerak
Bunyikan tagar berpancar sinar
Empang sungai membanjiri bumi
Aduk laut bergelombang gunung
Gegarkan jagat sampai berguncang
Jangan tanggung jangan kepalang
Lenyaplah segala mata yang layu
Bersinarlah segala wajah yang pucat
Gemuruhlah memukul jantung yang lesu
Gelisahlah bergerak tangan
Terus berusaha selalu bekerja
Punah
Punahlah engkau segala yang lesu
Aku hendak melihat
api hidup dahsyat bernyala,
menyadar membakar segala jiwa.
Aku hendak mendengar
jerit perjuangan garang menyerang
langit terbentang hendak diserang.
Aku hendak mengalami
bumi berguncang orang berperang
Urat seregang mata menantang
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.