DP3APMD Purworejo Sebut Pola Asuh Orangtua Berperan Penting Cegah Tindak Kekerasan dan Bullying Anak

Pola asuh orangtua ketika di rumah bisa mempengaruhi kontrol emosi serta tindakan anak saat bersosialisasi di sekolah. 

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Dewi Rukmini
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) DP3APMD Kabupaten Purworejo, Heny Safaryuni, saat ditemui pada Senin (30/10/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (DP3APMD) Kabupaten Purworejo menekankan pentingnya peran orangtua dalam mencegah tindakan bullying atau perundungan dan kekerasan yang bisa dilakukan oleh anak-anak di sekolah. 

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) DP3APMD Kabupaten Purworejo, Heny Safaryuni, mengatakan, pola asuh orangtua ketika di rumah bisa mempengaruhi kontrol emosi serta tindakan anak saat bersosialisasi di sekolah. 

Dikatakan, pola asuh orangtua yang cenderung keras dan mudah marah akan membekas di ingatan anak.

Sehingga, bisa menciptakan karakter anak yang tidak sabaran bahkan berpotensi melakukan kekerasan atau perundungan kepada teman sebayanya. 

"Terkadang ada orangtua yang berpikiran anak sudah disekolahkan, diberi makan dan diberi pakaian, tapi mereka tidak memberi perhatian. Padahal, anak-anak usia remaja itu sangat butuh didengarkan karena mereka mungkin tidak tahu harus ambil jalan ke mana. Jadi pola asuh orangtua saat ini harus dirubah. Kalau dulu orangtua mungkin banyak marah-marah, sekarang harus lebih banyak mendengar dan diajak bicara," ucap Heny, Senin (30/10/2023). 

Kendati demikian, pihaknya mengaku terus berusaha mencegah tindakan perundungan dan kekerasan pada anak terjadi di Kabupaten Purworejo, khususnya yang terjadi di instansi pendidikan.

Cara yang dilakukan yakni melalui sosialisasi di sekolah-sekolah dengan kerjasama antara Dinas Pendidikan, Polres Purworejo, hingga Polsek setempat. 

"Sosialisasi anti perundungan sampai saat ini sudah dilakukan di puluhan sekolah. Untuk SMP kemarin ada 43 sekolah yang kegiatannya dibagi antara kami 16 SMP dan sisanya PPA Polres, Polsek, serta Koramil (TNI). Untuk SD, SMA, dan SMK ada yang mandiri mengundang kami untuk mengisi sosialisasi kampanye anti perundungan," katanya. 

Heny menjabarkan, sosialisasi anti perundungan digencarkan dengan harapan agar anak-anak menjadi paham terkait arti dan ciri-ciri tindak perundungan dan kekerasan.

Setelah paham, anak-anak diharapkan tidak melakukan perundungan dan tindak kekerasan karena dapat berdampak buruk bagi pelaku juga korban. 

"Kami lakukan sosialisasi mulai dari anak SD, biar mereka bisa berhenti di situ. Sehingga tindakan perundungan atau kekerasan tidak dibawa sampai SMP atau SMA. Soalnya kami takut, kalau anak-anak SD tidak diberitahu dan dihentikan soal bullying dari sekarang. Nanti itu akan dibawa sampai remaja dan bisa menjadi tindakan kriminal, seperti tawuran sambil membawa senjata tajam. Sebab, asal masalah tawuran itu bisa diawali bullying, saling ejek lalu tidak terima hingga mengajak teman lain untuk membalas," jelasnya. 

Tak hanya masalah terkait perundungan, pihaknya juga terus berupaya memberikan sosialisasi tentang kekerasan seksual dan kekerasan terhadap perempuan.

Terkait kekerasan terhadap perempuan, pihaknya bersinergi dengan Dharma Wanita dan ibu-ibu PKK untuk mencoba pencegahan tindakan tersebut. 

Adapun terkait kekerasan seksual, DP3APMD terus berupaya menyisipkan materi tersebut ketika menggelar sosialisasi di manapun. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved