Berita Sleman Hari Ini

Terdampak Kekeringan, 1.068 Hektare Lahan Pertanian di Sleman Berpotensi Gagal Panen

Musim kemarau yang berlangsung lebih kering dan panjang akibat fenomena El-Nino mulai dirasakan disektor pertanian di Kabupaten Sleman. Dinas Pertania

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Ahmad Syarifudin
Kondisi selokan Mataram kering karena aliran dihentikan selama satu bulan untuk pemeliharaan maupun pembuatan bangunan ukur di Pintu Air wilayah Bligo, Magelang. Alat berat terus bekerja. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Musim kemarau yang berlangsung lebih kering dan panjang akibat fenomena El-Nino mulai dirasakan disektor pertanian di Kabupaten Sleman.

Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan setempat mencatat ada 1.068 hektare lahan sawah yang sekarang ditanami padi maupun tanaman holtikultura kondisinya terdampak kekeringan.

Kondisi ini diperparah dengan adanya pematian air Selokan Mataram dan Selokan Van Der Wijk yang menjadi urat nadi pertanian di Bumi Sembada. 

Baca juga: Direktur Pelayanan Pelaporan dan Pengaduan Masyarakat KPK Penuhi Penggilan Polda Metro Jaya

"Total luas lahan yang terdampak kekeringan dan saat ini ditanami 1.068,6 hektar. Dampak kekeringan yang paling bisa terjadi, puso atau gagal panen. Dan (dampak) lainnya berupa penurunan hasil panen hingga 25 - 45 persen," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Ir. Suparmono, Senin (16/10/2023). 

Menurut dia, berdasarkan tinjauan lapangan, ada beberapa petani yang melaporkan jika dampak kekeringan membuat kondisi tanah pada tanamannya sudah mengalami pecah-pecah atau orang Jawa menyebutnya dengan istilah Nelo.

Kondisi ini dialami petani di wilayah seyegan, Minggir hingga Moyudan. Potensi gagal panen menjadi tinggi jika umur tanaman padi yang mengalami kekeringan berada di titik kritis yaitu fase vegetatif umur 0-60 hari maupun fase generatif 61-90 hari.

Usia ini merupakan fase pertumbuhan padi dan juga masa pengisian bulir-bulir padi yang nantinya menjadi gabah. 

Lahan di Sleman yang mengalami dampak kekeringan akibat kemarau panjang dan pematian air Selokan Mataram Selokan Van Der Wicjk tersebar di 9 Kapanewon.

Antara lain, di Kapanewon Minggir ada 1.223 hektare. Saat ini, kondisinya sebagian besar sudah panen kemudian ada lahan dibiarkan bero atau menunda masa tanam.

Tapi ada juga yang masih ditanami padi umur kurang dari 3 bulan seluas 678 hektare. Dari luas lahan tersebut, yang panen di bulan Oktober seluas 310 hektare.

"Sisanya masih di bulan November dan sangat tergantung ketersediaan air," kata dia.

Selanjutnya di Kapanewon Moyudan, luas lahan terdampak 1.138 hektar. Sebagian besar sudah panen dan ada juga yang dibiarkan bero.

Ada juga tanaman padi yang masih berumur 3 bulan seluas 923 hektar.

Dari luas tersebut yang diharapkan bisa panen pada bulan oktober seluas 299 hektar dan sisanya 624 hektar masih tergantung ketersediaan air.

Di Seyegan, lahan yang terdampak pematian air Selokan Mataram berada di kalurahan Margoluwih, Margodadi dan Margokaton seluas 630 hektar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved