DI Yogyakarta Terdampak Kekeringan

Musim Kemarau, 761 Ribu Liter Air Bersih Telah Disalurkan di Sleman, Ada Ribuan Jiwa Terdampak 

Droping air bersih di Sleman sejak tanggal 14 Agustus sampai tanggal 10 Oktober jumlahnya 761 ribu liter.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
Sejumlah warga Banyurejo, Tempel antre mengambil air dari Hidran Umum yang telah dipasang di beberapa titik untuk membantu warga yang dampak krisis air bersih, Jumat (6/10/2023) lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman mulai mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau panjang tahun ini.

Bantuan droping air bersih , melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Kabupaten Sleman , telah disalurkan sejak tanggal 14 Agustus lalu.

Hingga kini, tercatat sudah ada 761 ribu liter air bersih yang didistribusikan kepada masyarakat. 

"Droping air bersih di Sleman sejak tanggal 14 Agustus sampai tanggal 10 Oktober jumlahnya 761 ribu liter," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman Bambang, Rabu (11/10/2023). 

Ribuan liter air bersih tersebut telah disalurkan untuk warga yang mengalami kesulitan air bersih di 4 Kapanewon.

Yaitu, Kapanewon Tempel meliputi warga di Padukuhan Jambeyan, Tangisan, dan Plambongan.

Tiga padukuhan di Kalurahan Banyurejo ini krisis air karena dampak musim kemarau panjang dan diperparah pematian air selokan Mataram.

Total air bersih yang telah disalurkan, dari BBWSSO maupun dari BPBD Sleman sebanyak 68 ribu liter.

Selanjutnya, di Puskesmas Tempel I, yang berada di Kalurahan Margorejo.

Di sana sempat krisis air bersih dan di bantu droping sebanyak 15 ribu liter.

Droping berikutnya disalurkan di Kapanewon Pakem, tepatnya di kalurahan Hargobinangun meliputi padukuhan Kaliurang Timur 564 ribu liter dan Padukuhan Kaliurang Barat sebanyak 97 ribu liter.

Kemudian SMPN 2 Pakem juga sempat mengalami krisis air dan dibantu 5.000 liter namun kini sudah selesai.

Lalu di Kapanewon Moyudan, droping air bersih disalurkan untuk memenuhi kebutuhan air Masjid Almudakir, Kalurahan Sumberagung sebanyak 8.000 liter.

Sedangkan di Kapanewon Ngaglik, droping air bersih, mulai 10 Oktober ini disalurkan juga untuk kebutuhan operasional pelayanan di Puskemas Ngaglik II. 

"Puskemas Ngaglik II di droping air bersih karena sumurnya asat, tidak ada airnya," terang Bambang.

Pihaknya juga mencatat total jumlah warga yang mengalami krisis air bersih di Kabupaten Sleman sebanyak 243 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 1.183 jiwa. 

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama mengatakan, kekeringan yang melanda Puskemas Ngaglik II ini masalahnya karena kedalaman sumur hanya 10 meter.

Pihaknya mengaku sudah merencanakan upaya jangka panjang agar kebutuhan air di Puskemas ini tetap terpenuhi dengan mengebor untuk memperdalam sumur. 

"Upaya jangka panjang ada. Kalau yang di Puskemas Ngaglik II ini masalahnya kedalaman sumur 10 meter sehingga sudah direncanakan untuk pendalaman sumur dengan bor. Saya sudah komunikasi dan siap pendalaman sumur," kata Cahya.

Mundur 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY sebelumnya telah memprediksi awal musim hujan secara umum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dimulai bulan November dasarian pertama hingga bulan Desember dasarian pertama.

Jika dibandingkan normal awal musim hujan,--yang semula diprediksi Oktober,--maka awal musim hujan tahun ini diprakirakan mundur 2 hingga 3 dasarian akibat fenomena elnino.

"Betul. Awal musim hujan di wilayah DIY umumnya mundur 2 sampai dengan 3 dasarian. Prakiraan di DIY awal musim hujan terjadi pada bulan November dasarian 1 sampai dengan Desember dasarian 1," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas 

Menurut dia, mundurnya prakiraan awal musim hujan ini karena fenomena elnino yang menyebabkan intensitas curah hujan menjadi berkurang.

Alhasil awal musim hujan umumnya mundur.

Mundurnya awal musim hujan ini perlu antisipasi dini.

Reni meminta kepada masyarakat maupun instansi terkait agar mewaspada terhadap dampak yang ditimbulkan.

Seperti potensi kekeringan maupun potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Warga juga diminta untuk menjaga kondisi tubuh dengan banyak mengonsumsi air putih plus vitamin untuk mencegah dehidrasi.

Sebab, musim kemarau yang panjang bisa menyebabkan suhu lebih panas dan udara dirasakan lebih kering.

Banyak debu di atmosfer yang dapat mengganggu alat pernafasan.

Masyarakat juga diimbau bijak dalam menggunakan air bersih

"Masyarakat (diimbau) agar bijak menggunakan air bersih. Agar kebutuhan air minum dan air untuk kebutuhan rumah tangga dapat tersedia secara efisien dan  multiguna untuk berbagai kebutuhan," kata Reni. Sedangkan bagi petani diminta mengatur pola tanam agar mengurangi resiko kerugian akibat gagal panen.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved