Berita Jogja Hari Ini
Pengusaha Pertashop di DIY Semakin Merugi Akibat Kenaikan Harga Pertamax
Pertamina menaikkan harga Pertamax dari Rp13.300 menjadi Rp14.000 sejak 1 Oktober 2023 lalu. Kenaikkan harga tersebut membuat pengusaha Pertashop
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pertamina menaikkan harga Pertamax dari Rp13.300 menjadi Rp14.000 sejak 1 Oktober 2023 lalu. Kenaikkan harga tersebut membuat pengusaha Pertashop semakin terpuruk.
Pasalnya disparitas harga dengan Pertalite semakin jauh.
Pengusaha Pertashop, Dwi Eko Susanto mengatakan konsumsi Pertamax di Pertashop yang ia kelola semakin turun.
Saat ini konsumsi Pertamax hanya sekitar 100 liter per hari. Berbeda dengan awal ia membuka Pertashop yang bisa menembus 1.000 liter per hari.
Baca juga: BESOK Wayang Jogja Night Carnival Digelar, Berikut Pengalihan Arus Dari Polresta Yogyakarta
"Saya buka Pertashop ini karena dulu digembar-gemborkan menjadi bisnis yang menguntungkan masyarakat di daerah. Saya buka tahun 2021, tiga bulan awal memang untung, waktu harganya Rp12.500, selisih dengan Pertalite tidak banyak. Sehingga masyarakat pakai Pertamax. Sekarang kan semakin naik harganya. Masyarakat mending ngantri ke SPBU atau beli ke pengecer Pertalite aja, harganya jauh lebih murah," katanya, Jumat (06/10/2023).
"Dulu itu bisa untung karena sehari 1.000 liter, masih bisa dapat keuntungan Rp15juta per bulan. Tetapi kemudian harga baik-baik terus, ya Pertashop semakin nggak jelas. Sudah 1,5 tahun ini merasa rugi," sambungnya.
Carik Mangunan tersebut terpaksa bertahan karena modal yang digunakan untuk membangun Pertashopnya tidak sedikit, sekitar Rp500juta. Ia pun mengajukan kredit ke bank, agar bisa membuka Pertashop.
Menurut dia, alat yang ia beli seharga Rp250juta itu akan sia-sia jika Pertashopnya tutup. Sehingga ia memilih bertahan, meskipun tidak mendapat keuntungan.
"Kalau rental mobil, nggak laku, mobilnya bisa dijual. Lha kalau ini, siapa yang mau beli, paling tukang rosok, itu juga cuma dihitung beratnya. Padahal saya beli alatnya Rp250juta, untuk perizinan, dan lain-lain, modalnya itu sekitar Rp500juta. Makanya ya terpaksa bertahan saja, paling tidak cukup untuk operasional sama bayar gaji satu pegawai. Kadang ya diambilkan dari usaha yang lain (untuk membayar pegawai)," terangnya.
Ia menilai solusi Pertamina yang mengusulkan Pertashop membuka bisnis lain di Pertashop tidak bisa diterapkan. Pasalnya pengusaha Pertashop harus mengeluarkan modal yang besar.
"Jual Pertalite juga tidak bisa, karena harus beli alat lagi, dan lainnya, modal besar lagi. Kami juga nggak tahu, apakah Pertalite ini langgeng atau tidak. Kalau tidak langgeng, mau buat apa (mesinnya), rugi lagi," lanjutnya.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebut kenaikan harga Pertamax membuat disparitas harga dengan Pertalite semakin tinggi. Menurut dia, kenaikan harga Pertamax sama saja dengan mempercepat kematian Pertashop.
"Sebelum naik saja sudah banyak Pertashop yang merugi bahkan tutup. Apalagi sekarang disparitas semakin tinggi. Pertashop itu kan di daerah-daerah yang jauh dari SPBU, yang terpencil. Lha konsumennya kan sedikit, tidak banyak yang pakai mobil mewah, pakainya Pertalite. Kalau disparitas harga tinggi, tentunya masyarakat akan beralih ke Pertalite," ujarnya.
Membuka bisnis lain di Pertashop juga tidak akan menjadi solusi bagi pengusaha Pertashop. Pasalnya pengusaha tentu harus mengeluarkan modal lagi.
"Karena kan bukan kor bisnsinya. Kalau harus menambah bisnis lain, tentu pengusaha Pertashop harus mengeluarkan modal lagi. Jadi menambah bisnis lain itu juga bukan solusi untuk pengusaha Pertashop," imbuhnya. (maw)
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
INFO Festival Durian Jogja di Sleman Ada All You Can Eat dan Lomba Makan Durian 26-29 Januari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.