Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu

Cerita Mbok Yem Pedagang di Puncak Gunung Lawu dalam Film Dokumenter Mbok Yem Penjual di Atas Awan

Begini sepenggal cerita kisah hidup Mbok Yem yang diangkat dalam film dokumenter Mbok Yem "Penjual di Atas Awan" karya Wismoyo Adi Nugroho.

YouTube wismoyom
Cerita Mbok Yem Pedagang di Puncak Gunung Lawu dalam Film Dokumenter Mbok Yem Penjual di Atas Awan. FOTO: Mbok Yem dalam film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” karya Wismoyo Adi Nugroho. 

TRIBUNJOGJA.COM - Nama Ngadiyem (Mbok Yem), seorang warga Desa Galih, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur (Jatim) tengah ramai di media sosial baru-baru ini.

Mbok Yem adalah pemilik warung yang berada di puncak Gunung Lawu.

Diwartakan Tribunjogja.com sebelumnya, terjadi kebakaran hebat di Gunung Lawu.

Petugas gabungan berusaha memadamkan kobaran api, yang hanguskan 16 hektar hutan lindung terbakar, Gunung Lawu, masuk Kawasan Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi.
Petugas gabungan berusaha memadamkan kobaran api, yang hanguskan 16 hektar hutan lindung terbakar, Gunung Lawu, masuk Kawasan Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi. (ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM)

Kebakaran yang terjadi sejak Jumat (29/9/2023) itu menghanguskan belasan hektare hutan dan lahan di lereng gunung yang terletak di perbatasan Karanganyar, Magetan, dan Ngawi.

Menurut info terkini, ada setidaknya 400 hektare lahan yang terbakar akibat kebakaran tersebut.

Meski sekitarnya terbakar, Mbok Yem tak ikut dievakuasi.

Kepala Pelaksana (Kalak) Badam Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar, Juli Padmi Handayani, menyampaikan bahwa warung Mbok Yem masih utuh, tidak terbakar.

BPBD bersama TNI Polri dan petugas terkait berusaha memadamkan kebakaran yang menghanguskan Gunung Lawu
BPBD bersama TNI Polri dan petugas terkait berusaha memadamkan kebakaran yang menghanguskan Gunung Lawu (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

"Warung yang lain sudah ludes tapi untuk mbok Yem masih utuh," terang Juli Padmi Handayani, dikutip Tribunjogja.com dari TribunSolo.com, Selasa (3/10/2023).

“Beliau tidak mau dievakuasi, dan karena itu, kami memberikan (bantuan) logistik di sana," ungkap Kalak BPBD Kabupaten Karanganyar tersebut.

Hingga kini, Mbok Yem dan tiga orang anggota keluarganya masih bertahan di puncak Gunung Lawu

Menurut keterangan Juli Padmi Handayani, Mbok Yem dan keluarganya dalam keadaan sehat.

Lantas, siapakah sosok Mbok Yem?

Berikut adalah sekilas kisah kehidupan Mbok Yem, dalam film dokumenter tahun 2017 berjudul Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” karya Wismoyo Adi Nugroho.

Baca juga: Viral Medsos Warung Mbok Yem di Gunung Lawu Terbakar, BPBD Karanganyar: Bukan, Itu Warung Mbok Giyar

Baca juga: Kabar Terbaru Kondisi Mbok Yem, Tetap Bertahan di Puncak Lawu Meski Terjadi Kebakaran Hebat

Baca juga: Viral Kisah Mbok Yem Pemilik Warung di Puncak Lawu, Turun Gunung Harus Ditandu

Mbok Yem dalam film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan”

Mbok Yem dalam film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” karya Wismoyo Adi Nugroho.
Mbok Yem dalam film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” karya Wismoyo Adi Nugroho. (YouTube wismoyom)

Enam tahun yang lalu, pada 10 Agustus 2017, Wismoyo Adi Nugroho melalui kanal YouTube wismoyom mengunggah film dokumenter ciptaannya yang berjudul Mbok Yem “Penjual di Atas Awan”.

Mengutip informasi di laman resmi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” adalah film yang diciptakan Wismoyo Adi Nugroho untuk tugas akhirnya di Program Studi (Prodi) Televisi dan Film (kini menjadi Prodi Film dan Televisi), Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), ISI Jogja.

Saat artikel ini ditulis, Tribunjogja.com belum berhasil menghubungi Wismoyo Adi Nugroho untuk dimintai keterangan tentang kisah penciptaan film tersebut.

Namun, dalam skripsinya yang berjudul “Penyutradaraan Dokumenter Potret Mbok Yem ‘Penjual Di Atas Awan’” (2017), Wismoyo Adi Nugroho menceritakan tentang sosok Mbok Yem dan film yang dibuatnya.

“Ada sebuah warung yang ada di puncak Gunung Lawu, di ketinggian 3.105 meter di atas permukaan laut (mdpl),” tulis Wismoyo Adi Nugroho, dikutip Tribunjogja.com dari digilib.isi.ac.id.

Dalam filmnya, Wismoyo Adi Nugroho menuliskan tentang sejarah Warung Mbok Yem.

Ternyata, warung itu didirikan Mbok Yem pada tahun 1970. Artinya, di tahun 2023 ini, Warung Mbok Yem sudah sekitar 53 tahun berdiri.

Foto kondisi warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu sebelum terjadi kebakaran, beberapa waktu lalu.
Foto kondisi warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu sebelum terjadi kebakaran, beberapa waktu lalu. (Kompas.com/Anggara)

“Warung tersebut merupakan warung pertama yang berdiri di atas dinginnya puncak Gunung Lawu serta menjadi pioner untuk warung-warung di sekitarnya,” imbuh Wismoyo.

“Pemilik warung yang telah berjualan 45 tahun tersebut adalah seorang wanita paruh baya bernama Mbok Yem,” tulisnya.

“Dalam kesehariannya, Mbok Yem menghabiskan waktu berjualan di warung tersebut. Mbok Yem akan turun menemui keluarganya yang tinggal di kaki Gunung Lawu pada saat-saat tertentu seperti Lebaran Idul Fitri ataupun Lebaran Haji,” tulis Wismoyo.

“Ketika barang dagangan yang dijual oleh Mbok Yem menipis persediaannya, maka saat itulah Mbok Yem akan turun untuk membeli dagangan serta menemui keluarganya,” tulisnya lagi.

“Dengan kondisi tubuh Mbok Yem yang semakin menurun aktivitas mengambil bahan pokok jualan diserahkan kepada anaknya,” terang Wismoyo.

Dalam skripsinya, Wismoyo juga bercerita tentang karakter Mbok Yem yang cenderung keras dan kaku.

Hal tersebut ia alami sendiri ketika datang ke warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu pada 2010.

“Setelah mendaki selama 10 jam melalui Jalur Cemoro Sewu, warung Mbok Yem mulai nampak di balik semak-semak, tepat di bawah jalur puncak,” beber Wismoyo.

“Dengan raut muka sangar dan kerutan yang menggambarkan pengalaman hidup beliau di atas gunung, Mbok Yem melayani para pendaki dengan marah-marah dan tidak memperdulikan kehadiran saya,” terangnya.

Menurut Wismoyo, pola hidup ekstrem di atas Gunung Lawu membuat Mbok Yem menjadi keras dan kaku.

Mbok Yem hanya minim informasi global dan sosialisasi.

Mbok Yem dalam film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” karya Wismoyo Adi Nugroho.
Mbok Yem dalam film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” karya Wismoyo Adi Nugroho. (YouTube wismoyom)

Namun, keras dan kaku sifat Mbok Yem tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap berinteraksi dengan pelanggan warung yang mayoritas merupakan pendaki gunung dan peziarah. 

Wismoyo, filmmaker yang mengikuti kehidupan sehari-hari Mbok Yem mengatakan, Mbok Yem kerap berbagi cerita mengenai pengalamannya selagi menjaga warung. 

“Ia juga tak henti mengingatkan para pendaki untuk selalu berhati-hati dan selalu menjaga kesopanan ketika melakukan pendakian. Tak bosan juga Mbok Yem mengingatkan untuk tidak meninggalkan sampah ketika melakukan pendakian,” kata Wismoyo dalam skripsinya.

Film Dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” yang kini sudah ditonton lebih dari 3.900.000 kali di kanal YouTube wismoyom, mengulas tentang kehidupan sehari-hari Mbok Yem.

Bagaimana Mbok Yem bertahan hidup di puncak Gunung Lawu dan bagaimana momen kala Mbok Yem turun gunung untuk bertemu keluarga, telah ditampilkan dalam film dokumenter berdurasi 40 menit karya Wismoyo.

Anda yang penasaran tentang potret kehidupan Mbok Yem dapat menonton film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” di YouTube wismoyom atau klik DI SINI. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved