Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu
Cerita Mbok Yem Pedagang di Puncak Gunung Lawu dalam Film Dokumenter Mbok Yem Penjual di Atas Awan
Begini sepenggal cerita kisah hidup Mbok Yem yang diangkat dalam film dokumenter Mbok Yem "Penjual di Atas Awan" karya Wismoyo Adi Nugroho.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Joko Widiyarso
Mengutip informasi di laman resmi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, film dokumenter Mbok Yem “Penjual di Atas Awan” adalah film yang diciptakan Wismoyo Adi Nugroho untuk tugas akhirnya di Program Studi (Prodi) Televisi dan Film (kini menjadi Prodi Film dan Televisi), Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), ISI Jogja.
Saat artikel ini ditulis, Tribunjogja.com belum berhasil menghubungi Wismoyo Adi Nugroho untuk dimintai keterangan tentang kisah penciptaan film tersebut.
Namun, dalam skripsinya yang berjudul “Penyutradaraan Dokumenter Potret Mbok Yem ‘Penjual Di Atas Awan’” (2017), Wismoyo Adi Nugroho menceritakan tentang sosok Mbok Yem dan film yang dibuatnya.
“Ada sebuah warung yang ada di puncak Gunung Lawu, di ketinggian 3.105 meter di atas permukaan laut (mdpl),” tulis Wismoyo Adi Nugroho, dikutip Tribunjogja.com dari digilib.isi.ac.id.
Dalam filmnya, Wismoyo Adi Nugroho menuliskan tentang sejarah Warung Mbok Yem.
Ternyata, warung itu didirikan Mbok Yem pada tahun 1970. Artinya, di tahun 2023 ini, Warung Mbok Yem sudah sekitar 53 tahun berdiri.

“Warung tersebut merupakan warung pertama yang berdiri di atas dinginnya puncak Gunung Lawu serta menjadi pioner untuk warung-warung di sekitarnya,” imbuh Wismoyo.
“Pemilik warung yang telah berjualan 45 tahun tersebut adalah seorang wanita paruh baya bernama Mbok Yem,” tulisnya.
“Dalam kesehariannya, Mbok Yem menghabiskan waktu berjualan di warung tersebut. Mbok Yem akan turun menemui keluarganya yang tinggal di kaki Gunung Lawu pada saat-saat tertentu seperti Lebaran Idul Fitri ataupun Lebaran Haji,” tulis Wismoyo.
“Ketika barang dagangan yang dijual oleh Mbok Yem menipis persediaannya, maka saat itulah Mbok Yem akan turun untuk membeli dagangan serta menemui keluarganya,” tulisnya lagi.
“Dengan kondisi tubuh Mbok Yem yang semakin menurun aktivitas mengambil bahan pokok jualan diserahkan kepada anaknya,” terang Wismoyo.
Dalam skripsinya, Wismoyo juga bercerita tentang karakter Mbok Yem yang cenderung keras dan kaku.
Hal tersebut ia alami sendiri ketika datang ke warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu pada 2010.
“Setelah mendaki selama 10 jam melalui Jalur Cemoro Sewu, warung Mbok Yem mulai nampak di balik semak-semak, tepat di bawah jalur puncak,” beber Wismoyo.
“Dengan raut muka sangar dan kerutan yang menggambarkan pengalaman hidup beliau di atas gunung, Mbok Yem melayani para pendaki dengan marah-marah dan tidak memperdulikan kehadiran saya,” terangnya.
Mbok Yem
Warung Mbok Yem
Warung Mbok Yem lawu
Gunung Lawu
Puncak Gunung Lawu
Film dokumenter
ISI Yogyakarta
Fakultas Seni Media Rekam (FSMR)
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
ISI Jogja
Kabar Terbaru Kondisi Mbok Yem, Tetap Bertahan di Puncak Lawu Meski Terjadi Kebakaran Hebat |
![]() |
---|
Viral Medsos Warung Mbok Yem di Gunung Lawu Terbakar, BPBD Karanganyar: Bukan, Itu Warung Mbok Giyar |
![]() |
---|
Lebaran Usai, Ini Kisah Mbok Yem Penunggu Puncak Lawu Akhirnya Naik Gunung Lagi |
![]() |
---|
Mbok Yem Penjual Pecel di Puncak Lawu 'Mudik' Turun Gunung Mau Lebaran di Rumah |
![]() |
---|
Viral Kisah Mbok Yem Pemilik Warung di Puncak Lawu, Turun Gunung Harus Ditandu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.