Berita Jogja Hari Ini

Sri Sultan Hamengku Buwono X Buka Yogya Gamelan Festival ke-28

Gema gaung gamelan oleh 700 pengrawit dari 28 kelompok karawitan menandai dibukanya Yogyakarta Gamelan Festival ke-28 (YGF 28) yang digelar di Stadion

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok Humas Pemda DIY
Yogyakarta Gamelan Festival ke-28 (YGF 28) yang digelar di Stadion Kridosono Yogyakarta pada Minggu (20/08/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gema gaung gamelan oleh 700 pengrawit dari 28 kelompok karawitan menandai dibukanya Yogyakarta Gamelan Festival ke-28 (YGF 28) yang digelar di Stadion Kridosono Yogyakarta pada Minggu (20/08/2023).

YGF28 mengusung tema Gamelan: Beyond Sound, dibuka langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Gelaran tersebut dapat disaksikan masyarakat umum secara gratis mulai 20 hingga 26 Agustus 2023. 

"Dalam hemat saya, YGF 28 bukanlah sekadar pentas seni semata. YGF akan mengajak kita semua, memasuki momentum pembelajaran hidup melalui harmoni irama. Semua dilakukan dengan merenungkan makna secara mendalam, sembari menikmati nada yang mengalun dari orkestrasi yang mengiringinya," ujar Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Sri Sultan menyebut orkestrasi gamelan, sejatinya merupakan sebuah gambaran perjalanan luar biasa yang menghubungkan jiwa dalam simpul keindahan.

Baca juga: BREAKING NEWS: PSIM Jogja Resmi Datangkan Gelandang Kelahiran Jerman Andreas Esswein

Selayaknya alunan laras slendro dan pelog yang membentuk diri, menuju irama keseimbangan hidup. Inilah momentum istimewa, dimana ratusan pengrawit yang terpadu dalam puluhan kelompok berupaya mewakili berjuta perasaan, seiring irama gending yang memukau hati dan pikiran.

"Ladrang Prosesi karya Sapto Raharjo dan ladrang Santi Mulya menceritakan kisah-kisah alam bawah sadar, mengajak menggali makna, dalam setiap nada yang meliuk-layang. Jelas, gamelan bukanlah sekadar alat musik, tetapi penjelajah jiwa yang membawa kita pada meditasi melalui irama yang mengalun," tuturnya.

Dalam pemaknaan filosofisnya, Sri Sultan menyatakan kata karawitan merujuk pada kelembutan perasaan yang terukir dalam seni gamelan. 

Seperti irama yang terjalin, begitulah pula kehidupan yang sudah seharusnya mengilhami harmoni keberagaman. Meski tidak mungkin menafikan perbedaan, namun dengan rasa cinta dan kemanusiaan maka dapat manunggal nyawiji dalam orkestra kolosal kehidupan.

Seni gamelan, seakan mengirimkan makna 'mulat sarira' yaitu keseragaman pikiran dan kepekaan dalam setiap perpindahan nada yang selaras dengan filosofi 'pamenthanging gandewa pamanthenging cipta'. 

Sedangkan, seni karawitan adalah cerminan realitas, memancarkan berbagai emosi jiwa, menyatu dalam harmoni yang adiluhung, menuntun hidup dalam nilai-nilai kebijaksanaan dan kesadaran.

"Semua harmonisasi itu, akan menciptakan simfoni kehidupan yang tak terlupakan, sekaligus menjadi portal pembelajaran hidup, memancarkan cahaya nilai-nilai edukasi dan pelestarian budaya. Semoga YGF 28, memberikan hikmah dalam relung kemanusiaan, mengajarkan kita akan keseimbangan, harmoni dan keindahan dalam keberagaman,"tutur Sri Sultan.

Selain itu, Raja Keraton Yogyakarta ini pun menaruh harapan agar festival ini mampu merangkai benang warisan budaya, menjadi daya tarik wisata bagi DIY dan menginspirasi agar melangkah bijak menuju masa depan. 

"Terima kasih atas dedikasi dan semangatnya, menjadikan festival ini sebagai perjalanan magis yang akan dikenang sekaligus menjadi salah satu cerita tentang peradaban DIY. Akhir kata, selamat menikmati dan meresapi makna harmoni melalui rangkaian agenda YGF 28," imbuh Sri Sultan.

Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyatakan UNESCO telah menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) ke-12 pada 15 Desember 2021 lalu. Gamelan merupakan warisan leluhur yang harus terus-menerus dilestarikan sebagai upaya menguatkan identitas bangsa. Nilai filosofi gamelan sebagai salah satu sarana ekspresi budaya dan koneksi antara manusia dengan semesta.

"Gaung Gamelan ini melibatkan 700 pengrawit dari 28 kelompok dimana 22 kelompok diantaranya merupakan kelompok dari Desa Budaya di DIY yang telah menerima bantuan gamelan dari Dana Keistimewaan (Danais) melalui Disbud DIY. Kami secara penuh mendukung kegiatan ini sebagai upaya pelestarian dan pengembangan gamelan agar selalu mengaung eksistensinya,"tandas Dian.

Project Director YGF Ishari Sahida atau Ari Wulu menyebut gamelan telah melampaui dengungnya alias gamelan beyond sound karena banyak pelaku seni lintas disiplin melibatkan gamelan dalam proses kreatifnya. Sementara, keadiluhungan gamelan tetap dijaga para punggawanya. Stadion Kridosono dipilih karena YGF kali ini mengundang 28 kelompok karawitan yang memainkan gamelan secara bersamaan.

"Kami menyatukan 28 pangkon gaya Yogyakarta yang memainkan ladrang Prosesi dan ladrang Santi Mulya. Kami berharap melalui Gaung Gamelan bisa menyerukan gaung gamelan ke seluruh penjuru Nusantara maupun semesta. Jadi gamelan itu sudah melebihi bunyinya sendiri," ungkap Ari Wulu.

Tidak hanya Gaung Gamelan sebagai sajian utama, YGF 28 kian bermakna karena mengajak merayakan wacana keberagaman melalui Rembug Budaya dan Lokakarya. Kemudian Konser Gamelan yang mempertemukan musik tradisional dengan pop culture dan Gamelan Dinner yang mempertemukan para pencinta dengan pemain gamelan dalam satu ruang budaya berupa makan malam bersama.

Lokakarya pengembangan gamelan baik karya penciptaan maupun pengembangan instrumentasi akan diisi seniman, praktisi, maupun akademisi diadakan di Rumah Gayam 16 dan IFI/LIP Yogyakarta pada 21 sampai 23 Agustus 2023. Sementara, Rembug Budaya berupa diskusi seni budaya yang bertujuan merawat dan mengembangkan gamelan serta seni lainnya digelar di LIP Yogyakarta pada 23 Agustus 2023.

Terbaru, YGF menghadirkan Gamelan Dinner di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo pada 23 Agustus 2023 mulai pukul 19.00 sampai 21.00 WIB. Dalam Gamelan Dinner juga akan dipaparkan rencana strategi kebudayaan Gayam 16 melalui kegiatan-kegiatan reguler.

Sebagai puncak acara YGF 28 menghadirkan Konser Gamelan di Plaza Ngasem pada 24 sampai 26 Agustus 2023 mulai pukul 19.00 sampai 22.00 WIB. Konser ini menghadirkan seniman dari dalam dan luar negeri, seperti Yogyakarta, Jepara, Cirebon, Pamekasan, Padang, Semarang, Lombok Barat, India, Meksiko dan Malaysia. Akan ada kolaborasi menarik antara peserta dari India dengan Padang dan peserta dari Meksiko dengan pengrawit Yogyakarta. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved