ADVERTORIAL

Warga Yogyakarta Kerja Bakti Bikin Biopori, Kelola Sampah dari Daerah Sendiri

Warga Mendungan, RW 11, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta berbondong-bondong membuat biopori di area rumahnya untuk mengelola sampah organik.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Ardhike Indah
Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo (baju putih) melihat pembuatan biopori di Mendungan RW 11, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Sabtu (29/7/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Warga Mendungan, RW 11, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta berbondong-bondong membuat biopori di area rumahnya untuk mengelola sampah organik.

Ini juga merupakan bagian dari gerakan kerja bakti ‘Mbah Dirjo’ atau ‘mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja’ yang digalakkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dan Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta .

Kerja bakti itu dilaksanakan serentak di Kota Yogyakarta mulai Sabtu dan Minggu (29-30/7/2023).

Di Mendungan RW 11, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta , masyarakat terlihat ramai-ramai membuat biopori .

Baca juga: Perikanan Bawal di Sleman Berkontribusi Pengelolaan Sampah Organik hingga 9.600 Ton Per Tahun

Ada yang membuat biopori jumbo darurat, dengan ukuran 1 meter kubik.

Ada yang membuat biopori reguler berukuran diameter 10 cm dan kedalaman 80-100 cm.

Mereka juga membuat biopori jumbo yang memanfaatkan barang bekas di rumah, seperti ember cat 25 kg dan melubangi setiap sisinya.

“Pastinya, kita dukung bersama gerakan mbah dirjo ini. Ini kan gerakan warga untuk mengatasi permasalahan sampah organik di tingkat masyarakat,” ujar Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo di sela-sela kegiatan kerja bakti, Sabtu (29/7/2023).

Dia mengatakan, dengan gerakan ini, maka warga bisa mengolah limbah organik dengan memanfaatkan biopori yang sudah dibangun bersama.

Limbah organik dari rumah-rumah itu bisa ditaruh di dalam biopori tersebut agar terjadi proses penguraian secara alami.

“Kalau bisa dilakukan, (penggunaan biopori) ini bisa gantian. Biopori pertama sudah penuh, maka sebulan dua bulan nanti bisa jadi kompos yang kemudian bisa jadi kompos atau pupuk organik di pot. Satunya lagi bisa mulai dioperasionalkan,” jelas Singgih.

Baca juga: Bupati Sleman Keluarkan Edaran, Imbau Masyarakat Pilah Sampah dari Rumah 

Dia berharap, adanya gerakan ‘Mbah Dirjo’ ini bisa mengurangi sampah organik yang dikirim ke depo sampah hingga 20-30 persen.

Sementara, Ketua Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogyakarta , Aman Yuriadijaya mengatakan, FBS ini memiliki 614 bank sampah setingkat RW.

“FBS di Kota Yogyakarta ini ada tingkatannya, mulai dari tingkat kemantren, kelurahan. Kita dorong. Bank Sampah se-Kota Yogyakarta ini jadi penggerak,” terangnya.

Menurut Aman, gerakan darurat tersebut bisa memicu perubahan perilaku masyarakat secara kolegial.

Mereka memiliki kepentingan bersama di level RW dan diselesaikan bersama agar lebih rukun dan guyub. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved