Pasar Kangen 2023

Pasar Kangen 2023 Siap Digelar, Ajang Nostalgia Kuliner Tradisional dan Barang Tempo Dulu

Pasar Kangen kembali hadir di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Gelaran nostalgia kuliner tradisional dan barang-barang tempo dulu ini digelar mulai 27

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok Pasar Kangen
Pasar Kangen 2023 Siap Digelar, Ajang Nostalgia Kuliner Tradisional dan Barang Tempo Dulu. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pasar Kangen kembali hadir di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Gelaran nostalgia kuliner tradisional dan barang-barang tempo dulu ini digelar mulai 27 Juli sampai 5 Agustus 2023 mendatang.

Koordinator Pasar Kangen, Ong Hari Wahyu mengatakan, tema yang diusung pada Pasar Kangen 2023 kali ini adalah 'Gandeng-Gendong'.

"Gandeng-gendong merupakan sebuah kerja sama beberapa pihak dan sesama, pihak pemerintah dan masyarakat, masyarakat dan pengusaha/ swasta seperti Bank misalnya untuk saling membantu dalam pengembangan usaha," kata Ong Hari Wahyu.

"Melihat perkembangan teknologi sekarang ini maka dunia usaha semakin besar tantangannya maka konsep Gandeng-Gendong menjadi penting untuk saling memberi pengetahuan-pengetahuan baru, baik bidang teknologi maupun sistem manajemennya. Pasar Kangen adalah salah satu media untuk saling memberi, ajang kreatifitas dan mengangkat ekonomi masyarakat berbasis nilai-nilai lokal dan bahan-bahan pangan lokal," tambahnya.

Baca juga: Sebuah Motor Tak Bertuan Ditemukan di Sisi Timur Pantai Congot, Ternyata Milik Warga di Purworejo

Lebih lanjut Ong menambahkan, Pasar Kangen bukan berarti berhenti dalam hal kelawasannya saja namun juga mempunyai niatan untuk bisa bersanding menghadapi perkembangan jaman kedepan tanpa menghilangkan jadi diri budaya bangsa.

"Dari tahun ke tahun, minat para peserta serta antusiasme masyarakat semakin meningkat terlihat dari omzet per tahunnya selalu meningkat dan daya beli masyarakat juga semakin meningkat," kata Ong.

"Ketika daya beli masyarakat meningkat, berarti kita mencintai produk kita sendiri, dan kuliner makanan nusantara terus ada keberlanjutannya. Pada intinya Pasar Kangen merupakan ajang ketahanan pangan nusantara," tambahnya.

Adapun tahun ini peserta pendaftar berjumlah 1800, namun yang masuk dalam kurasi atau peserta Pasar Kangen hanya berjumlah 170 peserta, terdiri 85 peserta kuliner, 85 peserta penjual barang-barang lawasan, kerajinan dan komunitas seni yang akan menampilkan aktifitas workshop keseniannya.

Dijelaskan Ong, peserta telah dipilih memalui kurasi berdasarkan kriteria Pasar Kangen, adalah kuliner berbasis lokal, dan juga kreatifitas pengolahan pangan berbasis bahan lokal.

"Melihat perkembangan jaman yang serba cepat banyak budaya-budaya dari luar yang masuk dan mulai menggeser kebudayaan kita atau bahkan menghilangkan kebudayaan yang pernah kita miliki. Serangan itu begitu kuat sampai pada ruas-ruas dan cita rasa lidah kita dalam hal kuliner sehingga mempengaruhi selera cita rasa kita. Sekarang banyak bermunculan makanan-makanan, jajanan dari luar dijajakan dan dikonsumsi masyarakat kita," kata Ong.

"Dalam hal ini kami harus mewaspadai fenomena tersebut, karena kuliner adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan berbangsa dan kuliner adalah kebudayaan, hasil olah pikir masyarakat dan kreativitas sebuah bangsa, maka pangan harus tetap dipertahankan," tambahnya.

Meminimalisir Sampah Plastik, Larang Penggunaan Styrofoam
Terkait pengelolaan sampah yang masih menjadi persoalan pelik di DIY imbas penutupan TPA Piyungan mulai 23 Juli hingga 5 September 2023 mendatang, Ong mengatakan bahwa pihak panitia berkomitmen meminimalisir sampah plastik.

Caranya, lanjut Ong, panitia mengimbau para pedagang menggunakan godhong atau daun sebagai pembungkus makanan. Selain itu, di Pasar Kangen para pedagang juga dilarang menggunakan styrofoam sebagai pembungkus makanan.

"Kami nantinya juga punya tim cleaning internal, pokoke Pasar Kangen kudu resik (harus resik). Para pedagang juga harus menyediakan trash bag," kata Ong.

"Sebagai upaya mengurangi penggunaan plastik, Pasar Kangen juga tidak mengizinkan penggunaan digital print untuk menuliskan menu-menu, semuanya harus manual bisa pakai tampah, gedhek atau kertas," kata Ong.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved