Kaisar Jepang Kunjungi Jogja

Sabo Dam hingga Sisters Province Jadi Daya Tarik Kaisar Jepang Kunjungi DI Yogyakarta

Pasalnya, kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Kaisar Jepang ke DI Yogyakarta semenjak dirinya dinobatkan pada tahun 2019 silam.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menerima penghargaan Bintang Tanda Jasa dari Kaisar Jepang Naruhito “The Order of Rising Sun, Gold and Silver Star”, Selasa (28/6) malam di Rumah Dinas Duta Besar Jepang, Jalan Daksa V, Jakarta Selatan. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rencana kunjungan Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito ke DI Yogyakarta menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat Jepang.

Pasalnya, kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Kaisar Jepang ke DI Yogyakarta semenjak dirinya dinobatkan pada tahun 2019 silam.

Hal inilah yang membuat media terbesar di Jepang, The Asahi Shimbun dan The Yomiuri Shimbun, bersilaturahmi kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Senin (19/6/2023) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Baca juga: Pemkot Magelang Gelar Forum Komunikasi Politik untuk Pemilu 2024 yang Aman dan Kondusif

Kedua media cetak ini secara khusus melakukan wawancara eksklusif untuk menggali informasi terkait keistimewaan DI Yogyakarta yang menjadi daya tarik untuk disambangi Kaisar Naruhito.

Sabo Dam menjadi salah satu ketertarikan Kaisar Naruhito.

Sabo Dam sendiri merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada alur sungai.

Dibangun dengan tujuan sebagai penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran lahar di sepanjang sungai yang berpotensi terlanda lahar. 

Sabo Dam seperti tanggul, cek dam dan konsolidasi dam telah dibangun di kawasan Gunung Merapi.

Sri Sultan mengatakan, Sabo Dam memang mengadopsi teknologi Jepang yang dibangun di lereng-lereng Merapi.

Bagi DIY, Sabo Dan sangat penting untuk mencegah lava, sehingga tertahan dan tidak mengalir ke arah kota.

Selain itu, peninggalan masa pendudukan Jepang yang menjadi daya tarik lain adalah Selokan Mataram.

Diketahui, Selokan Mataram dibangun pada masa pendudukan Jepang di Indonesia dan mulai dibuka tahun 1944. Selokan Mataram adalah kanal irigasi yang menghubungkan Kali Progo dan Sungai Opak dan merupakan jaringan saluran induk Mataram.

Dahulu, Selokan Mataram dikenal dengan nama Kanal Yoshiro.

“Bagi saya, Selokan Mataram tidak hanya sekadar peninggalan lama tapi historinya. Sampai saat ini saluran itu tetap bermanfaat untuk masyarakat dan direhab dengan lebih baik. Saluran irigasi ini membantu pertanian masyarakat,” papar Sri Sultan.

Namun sebenarnya, tidak hanya perkara Sabo Dam dan Selokan Mataram saja yang menarik perhatian Jepang, DIY-Kyoto sudah tercatat memiliki hubungan diplomatik sister province sejak tahun 1985 lalu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved