Berita Kecelakaan

Penjelasan KNKT Soal Tuas Rem Bus Peziarah Meluncur ke Sungai Kawasan Wisata Guci

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis klarifikasi tentang penyebab kecelakaan bus masuk jurang di Objek Wisata Guci

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Twitter
Kecelakaan dialami bus pariwisata terjun ke sungai di kawasan wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, beredar di media sosial, Minggu (7/5/2023). 

Tribunjogja.com Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis klarifikasi tentang penyebab kecelakaan bus masuk jurang di Objek Wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Dan klarifikasi itu mengundang perhatian warganet.

Hal tersebut berdasarkan dari unggahan akun Instagram resmi @GridOto yang menampilkan wawancara bersama Plt Ketua Sub Komite LLAJ KNKT, Ahmad Wildan.

Proses evakuasi bangkai bus pariwisata yang mengalami kecelakaan terjun ke sungai di Objek Wisata Guci Kabupaten Tegal, Senin (8/5/2023). Proses evakuasi berlangsung dramatis karena tali crane sempat putus dan berlangsung di tengah hujan deras.
Proses evakuasi bangkai bus pariwisata yang mengalami kecelakaan terjun ke sungai di Objek Wisata Guci Kabupaten Tegal, Senin (8/5/2023). Proses evakuasi berlangsung dramatis karena tali crane sempat putus dan berlangsung di tengah hujan deras. (TRIBUN JATENG (Desta Leila Kartika))

"Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berikan klarifikasi bahwa kecelakaan bus di Guci bukan gara-gara anak kecil," tulis GridOto.com dalam postingannya, Selasa (9/5/2023).

Menurut penuturan Wildan, dugaan kecelakaan bus di objek wisata Guci dikarena ulah anak kecil menarik tuas rem dan banyak beredar di masyarakat tidaklah benar.

"Berdasarkan informasi penguji yang sudah berada di sana, rem tangan dalam keadaan terkunci, on, artinya anggapan ada anak kecil merelease rem tangan tidak terbukti," ungkap Wildan.

Ia menambahkan, ketika bus diangkat dari jurang, roda belakang dalam kondisi tidak bisa berputar yang berarti handbrake bekerja dengan baik.

Dari informasi faktual tersebut, KNKT memiliki dugaan awal adanya energi potensial yang cukup mendorong bus sehingga bergerak.

"Karena saat kejadian sudah ada 35 orang penumpang di dalam bus. Jumlah penumpang yang banyak ini akan menambah berat massa bus," bebernya.

Lanjut menurut Wildan, dengan beban massa yang sedemikian besar dan adanya dugaan jalan yang menurun menimbulkan potensi energi yang mendorong bus.

Ia juga menampik anggapan adanya getaran dari efek mesin diesel, KNKT juga akan mengukur seluruh fungsi pengereman.

"Kita akan bongkar teromol dan chamber-nya, akan diukur gap (jaraknya)," bilang Wildan.

Berdasarkan penjelasan singkat dari KNKT mengenai klarifikasi kecelakaan bus di Guci yang bukan disebabkan anak kecil tersebut, ternyata ada netizen yang tidak sependapat dan ada juga yang setuju dengan Wildan.

Bagi yang tidak sependapat, netizen mempertanyakan perkataan Wildan yang menyebut handbrake bus dalam posisi terkunci (ON) yang mengharuskan roda belakang terkunci.

Namun dari video yang beredar, ban belakang bus tetap berputar saat terperosok ke sungai.

Grafis Kecelakaan Bus di Guci Tegal
Grafis Kecelakaan Bus di Guci Tegal (istimewa)

"Sebentar, dengan elevasi segitu dan penumpang 35 orang, berarti bus bisa nyelonong walau posisi handbrake on+disanggah batu? Bukannya ban akan mengunci ya jika handbrake on? Aneh aja kalo posisi handbrake on tapi ban bus tidak terkunci selama bus itu menyelonong?," tanya @teuku_habil.

"Dari awal video yang tersebar, memang banyak yang beragumen bahwa ada anak kecil yang tidak sengaja mereleas handbrake tanpa ada informasi resmi dari pihak terkait. Tapi kalau handbrake masih on dan roda tidak berputar, harusnya ada jejak di permukaan tanah saat bus melaju tapi roda belakang tidak berputar," beber @indrasappewali.

"Kalo handbrake nge-lock (ON), ya roda terkunci dengan baik. Sekelas bus itu kendaraan besar, sistem mekanikal rem parkirnya untuk beban berat. Bukan kayak mobil yang handbrakenya gampang kerelease. Dan kalau begitu kondisinya, kenapa pak Sopir tidak standby di ruang kemudi ? Udah tau penumpang sudah siap masuk," tulis @arkaanperbawa.

Meski beberapa kurang setuju, ada juga warganet yang sependapat dengan Wildan yang mengatakan kalau energi potensial bisa menyebabkan bus meluncur meski handbrake sudah diaktifkan.

"Berarti asumsi saya, ada masalah dengan kampas rem alias sudah mulai tipis, sehingga kemampuan untuk menggigit tromol roda juga mulai berkurang. Wajar sih melihat bis ini menggunakan body SHD yg mana tingginya diatas 3,8/3,9 meter. Ada kemungkinan pergeseran CoG atau Center of Gravity ketika penumpang masuk satu persatu. Quite make sense," jelas @guuusbaa.

"Bener emang, mobil biasa aja saat posisi penumpang penuh, di jalan tidak rata/landai turunan sudah handbrake, pasti masih ada gaya gravitasi yang membuat mobil maju ke turunan, apalagi kalau handbrake ga bener-bener ditarik ke atas buat kunci bannya. Apalagi di Bus penumpangnya banyak, dan jalan turunan," kata nandabily3.

Hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi

Berikut Hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dirilis Gridoto:

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berikan klarifikasi bahwa kecelakaan bus di Guci bukan gara-gara anak kecil.

Ahmad Wildan, A.Td, M.Sc, Plt Ketua Sub Komite LLAJ KNKT mengatakan bahwa KNKT punya dugaan awal penyebab kecelakaan tersebut.

"Berdasarkan informasi penguji yang sudah berada di sana, rem tangan dalam keadaan terkunci, on, artinya anggapan ada anak kecil merelease rem tangan tidak terbukti," ungkap pria yang berkantor di Jl. Medan Merdeka Timur, No.5, Gambir, Jakarta Pusat.

Ia menambahkan ketika bus diangkat dari jurang, roda belakang dalam kondisi tidak bisa berputar yang berarti handbrake bekerja dengan baik.

Dari informasi faktual tersebut, KNKT memiliki dugaan awal adanya energi potensial yang cukup mendorong bus sehingga bergerak.

Sebab saat kejadian tersebut, sudah ada 35 orang penumpang di dalam bus. Jumlah penumpang yang banyak ini akan menambah berat massa bus.

"Energi potensial itu rumusnya massa dikali gravitasi dikali tinggi," jelasnya.

Menurut Ahmad Wildan, kemampuan handbrake didesain untuk menahan dorongan hingga grade 18 persen.

"Jadi nanti akan kami ukur (gradien jalannya). Kalau melebihi angka maksimal ya wajar meluncur," bilangnya.

Menurut Wildan, dengan beban massa yang sedemikian besar dan adanya dugaan jalan yang menurun menimbulkan potensi energi yang mendorong bus.

Ia juga menampik anggapan adanya getaran dari efek mesin diesel.

Selain itu, KNKT juga akan mengukur seluruh fungsi pengereman.

"Kita akan bongkar teromol dan chamber-nya, akan diukur gap (jaraknya)," bilang Wildan.

Ia optimis penyelidikan ini tidak akan memakan waktu yang lama.

Terkait hal tersebut, Dirlantas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Agus Suryo Nugroho memastikan penyebab kecelakaan bus bukan karena anak kecil memainkan rem tangan.

Hal itu berdasarkan keterangan saksi-saksi di dalam bus.

"Iya betul (bukan anak kecil), karena berdasarkan keterangan para saksi yang saat itu ada di dalam bus atau menjadi korban, menerangkan bahwa tidak ada orang maupun anak yang memainkan daripada rem tangan tersebut," kata Agus saat dihubungi GridOto.com, Selasa (9/5/2023). (Gridoto)

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved