Kisah Inspiratif
Mengundurkan Diri dari TNI, Adit Setiawan Tekuni Bisnis hingga Miliki 2 Pabrik
Tahun 2018 ia merintis bisnisnya, setahun kemudian Adit sudah memiliki pabrik sendiri di Gunungsindur, Bogor.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Adit Setiawan merupakan pemilik PT Indonesia Plafon Semesta, perusahaan yang memproduksi plafon PCV. Siapa sangka untuk terjun ke dunia bisnis, Adit nekat keluar dari TNI.
Keputusannya pria yang 12 tahun mengabdi sebagai TNI itu pun sempat ditentang oleh orangtuanya.
Ia mengungkapkan menjadi anggota TNI merupakan cita-citanya sejak kecil. Namun ia tidak mau membebani negara, karena tidak lagi bisa sepenuh hati menjalankan tugas.
“Saya termasuk dholim, jahat terhadap negara bila terus bertahan sebagai tentara sementara sebagian besar waktu saya untuk pekerjaan di luar dinas. Akhirnya memutuskan untuk pensiun dan fokus bisnis. Sempat ditentang, tetapi akhirnya orangtua legowo dan merestui,"ungkapnya, Rabu (05/04/2023).
Baca juga: Jadwal Misa Kamis Putih Gereja Kotabaru Jogja Hari Ini Kamis 6 April 2023 dan Link Live Streaming
Keputusannya untuk fokus berbisnis sangat tepat. Pasalnya karir bisnis pria kelahiran Agustus 1989 tersebut terbilang moncer. Tahun 2018 ia merintis bisnisnya. Saat pertama kali terjun dalam bisnis plafon, hampir bersamaan dengan masa rekontruksi gempa Lombok, NTB.
Dengan terdaftar di E-Katalog, ternyata membuat informasi produk Indofon dengan mudah dikenal para kontraktor yang menangani proyek di Lombok. Karena itulah, Indofon menjadi produk utama plafon PVC yang dipasang di gedung-gedung pemerintah yang sedang dibangun kembali, mulai perkantoran, rumah sakit, kantor polisi bahkan berlanjut sampai RS International Mandalika dan sirkuit Mandalika.
Dari proyek gempa Lombok yang nilainya mencapai ratusan milyar tersebut, Adit mengaku bisa menyisihkan keuntungan yang lumayan. Dari sinilah, ia bisa mendirikan pabrik plafon PVC sendiri. Pabrik pertama dibangun tahun 2019 di Bogor ini menghabiskan dana sekitar Rp 20 millyar.
Tak berselang lama, pertengahan tahun 2022 lalu ia sudah melakukan soft opening untuk pabrik barunya di kawasan industri Tuksono, Kulonprogo. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas produksi, mengingat permainan plafon PCV terus meningkat hingga rata-rata 54 truk per bulan.
“Dana investasi (untuk membangun pabrik) murni dari pendapatan hasil usaha,” beber alumni SMA I Godean Sleman tersebut.
Kini, perusahaan yang dikelolanya memiliki 10 brand. Selain Indofon ada Plafindo, Jaguar, Fonda, Viston, Inco, Garuda dan Aveon yang diproduksi dari pabrik yang sama.
Bukan tanpa alasan, merk tersebut sengaja diciptakan untuk menguasai pasar. Tidak kurang dari 300 distributor sudah tersebar dari Aceh hingga Papua. Sementara itu, ada 25 kantor cabang diberbagai propinsi. Kantor cabang tersebut merupakan gerai resmi perusahaan.
"Ini memang strategi bisnis untuk menguasai pasar. Untuk distribusi produk, 70 persen dari distributor, dan 30 persen melalui proyek pemerintah. Alhamdulillah perusahaan kami di posisi enam besar bersaing dengan perusahaan yang rata-rata modal asing,”imbuhnya.
Menurutnya, produk Indofon telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tinggi di Jakarta, mulai dari apartemen hingga rumah sakit Koja, Jakarta Utara. Di Jawa Tengah, diaplikasikan di ratusan sekolah dan gedung DPRD propinsi.
Ia menilai kepercayaan para kontraktor untuk menggunakan produk Indofon ternyata bukan semata karena standar kualitas semata, tapi ada faktor lain yang terkait kemampuan finansial untuk membiayai proyek.
Untuk proyek besar membutuhkan modal yang besar juga. Untuk satu proyek nilainya bisa mencapai ratusan juga hingga puluhan miliar rupiah. Sementara sistem pembayaran berdasarkan termin
“Kelebihan yang dimiliki Indofon, kami siap membiaya seluruh proyek, dan siap menghadapi resiko yang harus dihadapi. Kami siap back up pekerjaan yang nilainya sampai 30 milyar,” ungkapnya.
Seperti dijelaskan Adit, pasar plafon PVC masih sangat terbuka lebar. Makin banyak konsumen yang beralih ke plafon PVC karena memang memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis plafon lain seperti gypsum.
Selain lebih ringan, tentu lebih sehat karena materialnya bebas jamur dan asbes. Apalagi ada aturan dari pemerintah yang mendorong penggunaan plafon PVC karena relative lebih aman saat terjadi gempa.
Menurut Adit, kunci keberhasilan bisnisnya terletak pada manajemen. Seorang pengusaha harus paham manajemen.
“Tanpa paham manajemen tidak akan bisa menciptakan system. Saya tidak harus menguasai bisnis yang dijalankannya yang penting bisa mengelola sumber daya manusia yang paham dengan bisnis tersebut,” pungkasnya. (maw)
Baca Buku Bonus Sayur, Cara Karang Taruna Margoyoso Magelang Kerek Minat Baca |
![]() |
---|
Cerita Anak Bintara Brimob Polda DIY Raih Adhi Makayasa AAU 2025 |
![]() |
---|
Cerita Juara 1 Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Jenjang SMP 2025, Kampanye Soal Ini |
![]() |
---|
Dari Enceng Gondok Jadi Peluang Kerja: Cerita Aiptu Sukirja Rintis Usaha Kerajinan |
![]() |
---|
Kisah Percetakan di Kulon Progo Cetak hingga 10 Juta Amplop Saat Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.