Dinas Klaten Laporkan Ada 7 Kasus Kematian Akibat Demam Berdarah Sejak Januari 2023

Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mencatat, sejak Januari 2023, kasus DBD ditemukan di sejumlah wilayah Klaten.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
Net
Ilustrasi: Demam Berdarah 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Datangnya musim penghujan yang melanda wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah berpotensi membawa dampak bagi kesehatan masyarakat.

Satu di antaranya yakni munculnya penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang dikenal dengan istilah DBD.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mencatat, sejak Januari 2023, kasus DBD ditemukan di sejumlah wilayah Klaten.

"Sampai dengan minggu ke tujuh tahun 2023, ada 68 kasus dengan 7 kematian sejak Januari, memang cukup banyak," ujar Kepala Dinkes Klaten, Cahyono Widodo, saat TribunJogja.com temui di Pemkab Klaten, Kamis (2/3/2023).

Menurut Cahyono, banyaknya kasus DBD di Klaten pada awal tahun 2023 ini, tak bisa dilepaskan dari tingginya curah hujan.

Akibatnya, perkembangan nyamuk Aedes aegypti cukup pesat.

"Ini kita lihat curah hujan seperti ini, hampir setiap hari kita hujan, berbeda dengan tahun lalu. Ini berpotensi," imbuhnya.

Ia kemudian meminta warga Klaten untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali barang bekas serta menjaga perilaku hidup sehat.

"PSN itu jelas, pemberantasan sarang nyamuk, kedua terapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," ucapnya.

Selain itu ia juga meminta warga, untuk meningkatkan kesehatan pribadi masing-masing dengan konsumsi makan bergizi dan menjaga kesehatan.

Sementara itu, Sub Koordinator Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Klaten, Wahyuning Nugraheni menambahkan tujuh kasus kematian DBD berasal dari enam kecamatan.

Dua kasus kematian berasal dari Kecamatan Ngawen dan lima kasus lainnya berasal dari Kecamatan Gantiwarno, Juwiring, Kebonarum, Pedan dan Polanharjo.

Adapun rentang usia, warga yang meninggal dunia akibat DBD itu, lanjutnya dua kasus pada rentang usia 6-12 tahun dan tiga kasus dari rentang usia 13-16 tahun.

"Dua kasus meninggal akibat DBD, lainnya yakni usia di atas 16 tahun," paparnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved