Kisah Inspiratif, Emak-emak Sekarsuli Klaten Bikin Aksesori Berbahan Batu Druzy dan Manik-manik

Emak-emak tersebut mulai belajar membikin aksesori bros dan kalung untuk menambah penghasilan.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA COM/ ALMURFI SYOFYAN
Sejumlah emak-emak dari kelompok pengajian Umi Shalihah Bilqis saat membuat aksesori di salah satu kafe di kawasan Klaten Utara, Kamis (26/1/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna membantu perekonomian keluarga.

Seperti yang dilakukan oleh 20 emak-emak pengajian majelis ilmu Umi Sholihah Bilqis Klaten.

Tak hanya fokus mempelajari dan memperdalam ilmu agama, puluhan emak-emak tersebut mulai belajar membikin aksesori bros dan kalung untuk menambah penghasilan.

Mentor sekaligus anggota majelis ilmu itu, Atik Mursyid mengatakan pembuatan aksesori bros dan kalung selama ini masih jarang ditekuni oleh kaum hawa di Klaten.

Padahal, aksesori bros itu merupakan salah satu hal pendukung yang cukup penting bagi emak-emak bila mengenakan jilbab.

Melihat peluang itu, Atik menekuni usaha itu sejak dua tahun terakhir.

Ia membuat brand Alsa Craft yang dipasarkan secara online dan offline.

Usaha itu, berjalan dengan mulus dan mampu menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga.

"Kalau usaha saya omzetnya per bulan bisa Rp3 juta," ucapnya saat berbincang dengan TribunJogja.com, di sela memberi pelatihan aksesori bros itu, Kamis (26/1/2023).

Atik mengatakan, dengan bagusnya prospek dari usaha aksesori bros itu, ia pun berbagi keahlian membuat dengan emak-emak pengajian Umi Shalihah Bilqis.

Tujuannya agar, para emak-emak tersebut juga memiliki keahlian yang bisa menjadi sumber pendapatan tambahan.

Adapun material yang digunakan untuk membuat aksesori bros itu cukup unik mulai dari manik-manik sintetis, mutiara air tawar, kawat tembaga, kawat milenium dan hingga batu druzy asal Pacitan.

"Kalau batu druzy ini kita buat kalung juga dan dijual Rp150 ribu," jelasnya.

Untuk harga aksesori bros dan kalung, kata dia, dijual Rp35 ribu hingga Rp300 ribu tergantung bahan dan ukuran dari aksesori itu.

Sementara itu, seorang peserta, Ita Hastuti mengaku senang mendapatkan pelatihan aksesori bros tersebut.

Sebab, bisa menambah keahlian dan bisa juga dikembangkan sebagai usaha dikemudian hari.

"Kedepannya kita tak tahu tapi ini adalah hal baru. Kalau ada rezeki mungkin bikin usaha ini juga," ucapnya.

Ia mengatakan, untuk pertama kali tangannya masih kaku dalam membuat bros tersebut, namun ia yakin jika sering dikerjakan akan lentur dengan sendirinya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved