Konfik Palestina Vs Israel

Nyawa Remaja Palestina Lutfi Khamour Melayang di Tangan Tentara Israel

Omar Lutfi Khamour, remaja Palestina berusia 14 tahun meninggal di tangan pasukan Israel saat serbuan ke kamp Dheisheh.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
AFP PHOTO/JAAFAR ASHTIYEH
Pedemo Palestina membakar ban dalam bentrokan dengan tentara Israel di desa Beita, selatan Nabius, Tepi Barat, pada Jumat (11/6/2021). 

IOF menembakkan peluru tajam, granat sonik, dan gas air mata, ke arah para pengunjuk rasa di pos pemeriksaan pendudukan Tarsala, melukai seorang warga Palestina.

Lokasi permukiman Tarsala yang dievakuasi terletak di sebuah bukit Palestina di selatan Jenin, di jalan utama yang menghubungkan Jenin dan Nablus; dekat dengan kota Jaba.

Otoritas pendudukan mengevakuasinya pada 2005, sebagai bagian dari rencana evakuasi sepihak yang dilaksanakan oleh pemerintahan Ariel Sharon saat itu.

Front Populer untuk Pembebasan Palestina mengeluarkan pernyataan mengutuk agresi Israel terbaru.

Mereka mengatakan agresi terbuka Israel takkan mencapai tingkat berbahaya jika bukan karena impotensi Arab dan dunia internasional.

Agresifnya Israel juga karena mendapat dukungan penuh dan perlindungan pemerintah Amerika Serikat.

"Rakyat Palestina akan mengambil inisiatif seperti biasa dan menghadapi persenjataan militer ini dengan semua kekuatan dan kemampuan yang tersedia, tidak peduli seberapa besar pengorbanannya," kata kelompok itu.

Wisatawan berdiri di Bukit Zaitun yang menghadap Kota Tua Yerusalem dan Kubah Batu di kompleks masjid al-Aqsa pada 18 Februari 2022.
Wisatawan berdiri di Bukit Zaitun yang menghadap Kota Tua Yerusalem dan Kubah Batu di kompleks masjid al-Aqsa pada 18 Februari 2022. (AFP PHOTO/AHMAD GHARABLI)

Sementara di pihak militer Israel, Kepala Staf Gabungan Militer Israel, Jenderal Herzi Halevi, menyebutkan ancaman utama Israel adalah Iran dan Hezbollah Lebanon.

Halevi, yang secara resmi memulai tugasnya, akan menghadapi Tepi Barat yang sudah mendidih yang membutuhkan keputusan sulit tanpa kehilangan fokus pada ancaman utama entitas: Iran dan Hezbollah.

Menurut surat kabar Israel Maariv, mandat Halevi dimulai saat eskalasi keamanan berlanjut di Tepi Barat.

Ini mengharuskan tentara menghabiskan lebih banyak sumber daya dan mengalokasikan banyak unit dari pasukan aktif dan cadangan.

Tentara Israel menemukan dirinya berada di jantung perdebatan politik, kata laporan itu, sementara Halevi harus melakukan banyak upaya untuk menjauhkannya dari kehebohan.

Panglima militer Israel itu menyadari dia tidak akan memiliki bahkan satu hari pun, dan mengingat perdebatan politik yang intens.

Keputusan apa pun yang dia ambil mulai dari hari pertamanya akan disorot dua kubu besar yang terpecah di Israel.

Surat kabar tersebut menunjukkan Halevi, seperti pendahulunya Kochavi, juga melihat secara kritis perubahan yang diinginkan partai politik yang berkuasa.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved