Dara Setara FSTVLST, Pentas Kecil Akrab Khusus untuk Penonton Perempuan
Band rock asal Yogyakarta, FSTVLST akan menggelar pentas kecil akrab bertajuk 'Dara Setara', Jumat (13/1/2023), yang dikhususkan untuk penonton peremp
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Band rock asal Yogyakarta, FSTVLST akan menggelar pentas kecil akrab bertajuk 'Dara Setara', Jumat (13/1/2023), yang dikhususkan untuk penonton perempuan.
Pentas musik yang akan digelar di Liberates Creative Colony, Jalan Kaliurang Km 14, Sleman ini dilatarbelakangi fenomena pertambahan Festivalist, sebutan untuk para pendengar, pemirsa dan pemerhati FSTVLST yang hadir di pentas band yang digawangi Farid Stevy Asta (vokal), Roby Setiawan (gitar), Humam Mufid Arifin (gitar bas), Danish Wisnu Nugraha (drum), dan Rio Faradino (keyboard).
Baca juga: LIGA INGGRIS: Inilah Satu-satunya Klub yang Dianggap Tepat bagi Harry Kane
"Sementara dominasi penonton laki-laki tetap terjadi, perempuan-perempuan ini hadir memberi pengalaman pertunjukan dan sosial baru bagi FSTVLST dan Festivalist," terang Farid Stevy, Rabu (11/1/2023).
"Lalu muncullah tema 'Dara Setara', untuk menghormati kehadiran mereka (perempuan-red)," tambahnya.
Ditambahkannya, FSTVLST secara serampangan menasbih dirinya bergenre musik Hampir Rock Nyaris Seni, dan sejak awal berada di ekosistem industri pertunjukan musik rock yang harus diakui cenderung maskulin, baik pelaku, penikmat maupun narasi yang menghimpunnya.Â
Maskulinitas yang kadang berlebihan ini kemudian menjadi tantangan pada kredo 'kesetaraan' tersebut.
Bagaimana FSTVLST dan Festivalist bisa bekerja bersama untuk tidak hanya memaknai ‘setara’ hanya sebagai slogan dan wacana, namun sampai ke laku dan hati.
"Meskipun tantangannya sangat besar, namun kesetaraan gender tetap harus diperjuangkan, sekecil dan seremeh apapun, dengan niat baik dan laku baik. Salah satu hal yang menguatkan, para leluhur kita sudah pernah memikirkan, memperjuangkan dan mempraktekkan hal ini sampai ke tahap baik dan indah," kata Farid.
"Justru masyarakat modern dengan dogma-dogma barunya yang rasa-rasanya malah membuatnya menjadi silang sengkarut dan asing lagi. Hormat dan salut kami tentu saja teruntuk kawan-kawan yang concern dan konsisten menyuarakan dan melakukan kerja-kerja atas isu ini," tambahnya.
Farid mengungkapkan, perempuan yang hadir di pertunjukan musik di ruang publik dihadapkan dengan banyak tantangan.
Sebut saja beberapa cerita pelecehan seksual dan kejadian perempuan menjadi sasaran aksi kriminalitas di beberapa konser musik.Â
Atau misalnya pada situasi tertentu, oleh pandangan mata oknum tertentu pula, dalam ekosistem yang kadung terpengaruh oleh maskulinitas yang berlebihan, perempuan masih sering mendapatkan picingan mata jika menghadiri pertunjukan musik rock.
"Satu tim FSTVLST yang juga mayoritas laki-laki semua punya ibu. Beberapa di antara kami sudah beristri dan punya anak perempuan. Beberapa yang lain punya partner perempuan. Salah satu manajer kami perempuan," kata dia.
"Bahkan belakangan kami bertambah satu anggota keluarga, drummer perempuan. Lewat Dara Setara, sebenarnya kami tidak ingin muluk-muluk berkampanye tentang perjuangan kesetaraan gender. Kami hanya ingin belajar menghormati perempuan, sekaligus menantang diri kami sendiri atas 'kesetaraan' yang sudah kami mantapkan menjadi mantra band ini," lanjutnya.