Wisata Edu-Kriya Jadi Daya Tarik Tersendiri bagi Pengunjung Anak di Candi Borobudur

Edu-Kriya menjadi terobosan alternatif wisata edukasi berbasis konsep ekowisata (green tourism) di Candi Borobudur

Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Para pengunjung saat mencoba membuat kerajinan miniatur stupa candi dari barang bekas, di Taman Wisata Candi Borobudur, Selasa (27/12/2022) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Wisata Edu-Kriya menjadi daya tarik bagi wisatawan, terutama pengunjung anak-anak yang datang ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kali ini.

Pasalnya, Edu-Kriya menjadi terobosan alternatif wisata edukasi berbasis konsep ekowisata (green tourism).

Para pengunjung diajarkan memanfaatkan barang bekas dan mengubahnya menjadi produk bernilai guna.

Marketing Communication, Digital Division, & Marketing Manager PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Galuh Indah B, mengatakan kegiatan ini diusung oleh TWC berkolaborasi dengan pegiat seni di kawasan sekitar Borobudur. 

"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak seperti AJE serta seniman Magelang. Tujuan kami sejalan dengan visi TWC untuk menjadi bagian suistanable tourism yang diturunkan pada green tourism. Yakni, untuk memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Kegiatan ini rencananya kami gelar selama libur Nataru, dan perhatiannya cukup tinggi, terutama bagi pengunjung anak-anak," ucapnya, pada Selasa (27/12/2022).

Ia menerangkan, dalam prosesnya pengunjung Candi Borobudur akan diminta secara langsung mempraktikkan membuat kerajinan dari berbagai bahan bekas.

Sehingga, pengunjung yang hadir mengerti penanganan Edu-Green serta paham bahwa sampah itu bisa menjadi lebih bermanfaat.

"Sampah itu bisa dibuat khususnya kerajinan. Dengan adanya  edukasi ini, sebagai langkah mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungannya. Nantinya, pengunjung bisa membawa pulang hasilnya kerajinannya secara gratis,"ungkapnya.

Pegiat seni sekaligus panitia Edu-Kriya, Taufiq Ashari, mengatakan pihaknya mengajarkan pembuatan miniatur stupa Candi Borobudur dari sampah.

Adapun sampah yang dipakai yakni botol bekas, tepung tapioka, remukan batu bata dan pasir batu.

"Sampah tersebut kami kumpulkan dari limbah rumah tangga dan Bank Sampah yang ada di Kecamatan Borobudur," terangnya.

Ia melanjutkan, proses pengolahan sampah memakai teknik cetak menggunakan karet silikon.

Awalnya, remukan batu bata maupun pasir batu diaduk dengan air.

Setelah tercampur rata, hasil adukan tadi dimasukan ke dalam karet silikon yang sudah dibentuk ke dalam cetakan candi Borobudur.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved