Pernikahan Kaesang dan Erina

APA Itu Pemasangan Bleketepe dalam Pernikahan Kaesang dan Erina? Berikut Detail Lengkapnya

Pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dengan Erina Sofia Gudono banyak menarik perhatian masyarakat. Mereka bakal menjalani

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
Instagram @kaesangp
Foto Kaesang Pangarep dan Erina Gudono 

TRIBUNJOGJA.COM - Pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dengan Erina Sofia Gudono banyak menarik perhatian masyarakat.

Sebab, keduanya memilih untuk menggunakan adat Jawa saat melakukan prosesi pernikahan.

Nah, Tribunners sendiri pasti sudah tahu kalau pernikahan adat Jawa memiliki banyak rangkaian yang tidak bisa dilewatkan.

Salah satu rangkaiannya adalah pemasangan bleketepe.

Apa itu bleketepe? Apa maknanya untuk pernikahan calon mempelai?

Diketahui, rangkaian pernikahan adat Jawa ini akan dimulai dengan pemasangan bleketepe. 

Apa itu bleketepe? Istilah bleketepe diambil dari kata Bale Katapi, Bale artinya tempat, sedangkan Katapi berasal dari kata tapi yang berarti memisahkan kotoran kemudian dibuang.

Dengan kata lain, bleketepe memiliki arti sebuah tempat di mana kotoran dipilah untuk kemudian dibuang. 

Baca juga: Ikuti Tradisi Jawa, Kaesang dan Erina Dipingit, Apa itu Tradisi Pingitan? Begini Penjelasannya

Bleketepe terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih hijau dan kemudian dipasang mengelilingi area pernikahan.

Yang bertugas memasang bleketepe adalah ayah dari mempelai wanita. Setelah bleketepe terpasang, artinya calon pengantin sudah siap melanjutkan ke prosesi siraman dalam adat Jawa.

Lantas, apakah makna dari bleketepe sebagai dekorasi penting dalam pernikahan Jawa?

Simak 5 makna pemasangan bleketepe dalam pernikahan adat Jawa berikut ini. 

1. Simbol mulainya hajatan pernikahan pada adat Jawa

Bleketepe yang dipasang pada bagian depan rumah bermakna sebagai kesiapan keluarga memulai rangkaian hajat mantu.

Bleketepe dipasang oleh ayah dari mempelai wanita, pemasangan bleketepe dilakukan di kediaman calon mempelai wanita.

Daun kelapa yang dipakai harus yang masih berwarna hijau muda, kemudian dianyam dengan besar rata-rata 50 cm x 200 cm. 

Kalau biasanya janur kuning melengkung dipasang di sekitar tempat acara pernikahan, bleketepe bersifat lebih personal karena dipasang di kediaman mempelai wanita dan merupakan ciri khas adat Jawa. 

2. Orang tua dan calon pengantin menyucikan diri

Sesuai dengan namanya, pemasangan bleketepe ini juga merupakan ajakan orang tua serta calon pengantin kepada para tamu undangan maupun kepada siapapun yang terlibat dalam prosesi pernikahan ini untuk menyucikan diri.

Setiap tamu yang datang dan masuk ke dalam tempat pernikahan yang sudah dikelilingi bleketepe diharapkan akan bersih secara lahir maupun batin. 

Sehingga seluruh area hajatan pun penuh dengan kesucian, karena seluruh kotoran telah dipilah dan dibuang. 

3. Lokasinya sudah suci

Selain simbol mulainya hajatan mantu, pemasangan bleketepe juga bertujuan untuk menyucikan lokasi yang dipakai untuk hajatan.

Tentunya dalam pernikahan manapun, lokasi yang sudah susah payah dipilih diharapkan bisa mendukung pada hari acara pernikahan. 

Lokasi pernikahan merupakan elemen penting dalam pernikahan, bahkan biasanya yang paling pertama dipersiapkan calon pengantin.

Baca juga: H-3 Pernikahan Kaesang-Erina, Jalan Sekitar Hotel Royal Ambarrukmo Diaspal Ulang

Maka dari itu, prosesi penyucian lokasi pernikahan dengan memasang bleketepe sangat penting untuk memulai segala rangkaian pernikahan adat Jawa. 

4. Tolak bala

Pemasangan bleketepe, selain bertujuan untuk kesucian, juga sebagai cara untuk menolak kesialan atau bala.

Memasang bleketepe juga bisa jadi doa agar acara pernikahan berjalan lancar serta terbebas dari segala hal jahat dan buruk.

Dalam adat Jawa, bleketepe dipercaya bisa menghindarkan calon pengantin dan keluarga dari segala marabahaya dan niatan jahat, baik yang kelihatan maupun tidak. 

Jangankan pada hari pernikahan, pada saat sehari-hari saja segala bentuk bala diharapkan sejauh mungkin.

Terlebih lagi, pada hari besar dan penting bagi calon pengantin ini.

Pernikahan sejatinya hanya dilakukan sekali seumur hidup, alangkah indahnya kalau bisa sesempurna mungkin, bukan? 

5. Pernikahan yang bahagia dan mulia

Bleketepe tidak dipasang tanpa ubo rampe lainnya.

Di sekitar bleketepe biasanya dipasang juga hiasan-hiasan seperti janur, daun alang-alang, daun opo-opo dan pisang raja. Hiasan-hiasan ini pun memiliki makna mendalam.

Janur kuning melambangkan cita-cita yang tinggi, sementara daun alang-alang sebagai simbol rintangan, dan daun opo-opo merupakan harapan agar tidak terjadi hal buruk selama prosesi pernikahan maupun kehidupan mendatang. 

Selain itu, dua tundun pisang raja yang masak memiliki makna pengantin dapat diberikan kemakmuran dan kemuliaan seperti raja.

Pisang yang digunakan haruslah pisang raja, tidak boleh diganti dengan yang lain, agar hiasan bleketepe ini tidak kehilangan makna dan artinya.

Satu elemen dalam prosesi pernikahan adat Jawa saja memiliki makna dan maksud yang mendalam seperti ini.

Bayangkan betapa berharganya setiap prosesi pernikahan adat Jawa secara menyeluruh.

Di dalam setiap tahap terselipkan pula doa serta harapan yang besar bagi calon pengantin.

Jadi, memang bukan tanpa alasan generasi sebelumnya berharap kita bisa melestarikan adat dan kebudayaan nenek moyang kita.

 

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved