Berita Jogja Hari Ini

GIPI DIY Sebut Wisata Malam Berbasis Budaya di Yogyakarta Minim

Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menyebut Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) minim atraksi malam hari berbasis budaya. Sebab pihaknya

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menyebut Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) minim atraksi malam hari berbasis budaya.

Sebab pihaknya mendapat keluhan dari wisatawan asing terkait hal tersebut. 

"Ada beberapa keluhan, terutama wisatawan asing. Selama ini saat berkunjung ke Jogja itu, ketika malam mereka mau menikmati night life (aktivitas malam hari) berbasis culture (budaya), limited (terbatas) sekali. Kalau kita berbicara beberapa yang ada, itu pun standarnya belum seperti apa yang mereka dapatkan," kata Ketua GIPI DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie, Jumat (25/11/2022). 

Baca juga: Pemda DIY Antisipasi Kenaikan Harga Saat Nataru, Mulai dari Operasi Pasar Hingga Bantuan ke Warga

Ia membandingkan dengan Bali, di mana wisatawan dapat menyaksikan berbagai pertunjukan Barong, Legong, Kecak dan lainnya dengan mudah.

Pasalnya pertunjukan tersebut bisa ditemukan baik di Bali utara, Bali selatan, Bali timur, dan Bali barat. 

"Tapi di kita (DIY) masih belum menjawab apa yang jadi keinginan mereka (wisman). Dan tentunya sedikit ironis, kalau kita bicara Jogja menjadi culture city (kota budaya). Ini yang harus kita dorong agar konsisten dengan brand kita (kota budaya)," sambungnya. 

Menurut dia, minimnya wisata malam membuat lama tinggal wisman di DIY hanya 1,5 sampai 1,7 hari, tidak pernah menyentuh 2 hari.

Ia menilai Kota Yogyakarta menjadi daerah yang wisata malamnya lebih hidup.

Pasalnya wisman selalu kembali ke Kota Yogyakarta, meskipun pada pagi harinya wisman berwisata ke kabupaten lain. 

Keterbatasan ruang, bukan menjadi faktor yang membuat wisata malam di Kota Yogyakarta.

Sebab ada banyak ruang di Kota Yogyakarta khususnya yang bisa dioptimalkan. 

Mewujudkan wisata malam berbasis kultur yang bersifat kolosal khususnya, memang sulit jika hanya pemerintah saja yang bergerak.

Bobby menilai butuh sinergi antara pemerintah, industri, dan seluruh stakeholder. 

Baca juga: Jogja Upcoming Festival, Perkenalkan Event Wisata DIY Sepanjang 2023

"Ruang sebenarnya ada, banyak, tergantung bagaimana kita mengkomunikasikan dari semua stakeholder, baik itu pemerintah, industri. Ini nggak bisa sepenuhnya jadi tanggung jawab pemerintah. Cukup berat menggelar konsistensi dari sebuah performence yg sifatnya kolosal. Tetapi industri harus masuk ke sana. Bagaimana pemerintah, industri, dan stakeholder itu masuk bersama. Sinergi bareng untuk Jogja. Saya yakin itu bisa," ujarnya. 

Ia menambahkan Kota Yogyakarta sudah memiliki banyak atraksi malam hari. Hanya saja atraksi tersebut tidak bersifat rutin. Padahal wisatawan bisa datang kapan saja. 

"Mereka butuh yang daily, kalau dikomparasi dengan Bali, mereka menahan wisatawan dengan itu  sehingga LOS ( Length of Stay) mereka panjang, karena terintegrasi," imbuhnya. (maw) 
 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved