Cerita Ashar Saputra Pakar Bambu UGM Diminta Bikin Bamboo Dome Lokasi Lunch Delegasi KTT G20 di Bali
Pakar Bambu Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra, ST., MT., Ph.D tidak menyangka dirinya bakal dilibatkan dalam pembuatan Bamboo Dome di The
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Sementara, sebagai penyangga memakai bambu petung dari Tabanan yang dibawa ke Gianyar untuk digarap oleh perajin.
“Pengerjaan kubah bambu ini dimulai dari menentukan pondasi, menyusung lengkung utama sampai keseluruhan dapat diuji struktur lengkungnya,” tutur dia yang merupakan alumni pascasarjana Chulalongkorn University itu.
Ini menjadi tantangan yang harus ditaklukkan Ashar. Membentuk lengkungan yang estetik mudah saja.
Namun, estetika itu juga harus dijadikan satu dengan keamanan agar siapapun yang beraktivitas di bawahnya tidak mengalami peristiwa yang tidak diharapkan.
“Berbeda dengan bangunan yang dibuat dari beton atau baja, membangun bambu memiliki ketidaktentuannya yang cukup tinggi, baik dari dimensi, kematangan, maupun kinerja sambungannya,” jelas dia.
Proses pengerjaan Bamboo Dome ini ternyata langsung diuji oleh alam.
Satu hari sebelum Presiden Joko Widodo melakukan cek lokasi, saat itu di Nusa Dua terjadi hujan yang sangat lebat dan angin yang sangat kencang selama dua jam.
Ia berada persis di bawah bangunan yang sedang dikerjakan sembari memperhatikan seluruh bangunan dan kondisi seluruh struktur bangunan masih stabil dan tetap kokoh walau diterpa hujan dan angin kencang.
“Di titik ini saya menjadi yakin dengan keamanan struktur bangunan Bamboo Dome yang hampir 100 persen pengerjaannya, ketika saya tidak dapat menguji secara langsung tetapi bangunan langsung diuji oleh alam,” kenangnya.
Ashar sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada para perajin bambu yang yang telah membantu dalam pengerjaan Bamboo Dome.
Komitmen dan keseriusan para perajin bambu yang telah cukup lama dikenalnya ini sangat terlihat dalam pengerjaan bangunan ini.
“Sangat luar biasa, betapa para perajin bambu dari desa Gianyar ini sangat serius, sungguh-sungguh, berkomitmen. Saya merasa bersyukur, beruntung, dan bangga dapat menjadi bagian dari kerja besar ini dan berharap dapat menyampaikan kepada masyarakat global bahwa di saat dunia cenderung memilih hal-hal yang artifisial tetapi kita masih punya yang masih asli,” urainya.
Melalui momen ini ia berharap, bambu dapat dimanfaatkan dan diperkenalkan lebih baik kepada masyarakat.
Ia juga berharap di masa depan UGM bisa membuat bangunan yang bagus, lekat dengan Indonesia, dan dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat.
“Setelah digunakan G20, bangunan ini akan dibongkar dan digantikan dengan yang baru. Saya tidak tahu kabar terbarunya bagaimana karena keputusan ada di tangan Sekretariat Negara (Setneg),” ujarnya menjawab pertanyaan Tribun Jogja.
Baca juga: Dinkes DIY Tunggu Hasil Lab untuk Deteksi Penularan Omicron Subvarian XBB di DI Yogyakarta