KTT G20 Bali
China dan Rusia Sepakat Wujudkan Dunia yang Multipolar
Menlu China Wang Yi dan Menlu Rusia Sergey Lavrov bertemu dan menegaskan komitmen mereka mewujudkan dunia yang multipolar.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, NUSA DUA - China dan Rusia sepakat bekerjasama membangun dunia yang multipolar.
Komitmen itu muncul saat Menlu China Wang Yi bertemu sejawatnya Menlu Rusia Sergey Lavrov di sela-sela KTT G20 Bali, Selasa (15/11/2022).
“China siap bekerja sama dengan Rusia dan negara-negara lain yang berpikiran sama untuk mempromosikan perkembangan dunia multipolar,” kata Wang Yi dikutip Global Times, Rabu (16/11/2022).
Kedua negara secara tegas mendukung demokratisasi hubungan internasional, dan mempertahankan sistem internasional di dalam PBB.
Ungkapan Wang menggemakan pernyataan yang dibuat Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping, ketika mereka bertemu di Beijing awal Februari 2022.
Baca juga: Menlu Rusia Sergey Lavrov : Barat Paksakan Poin Kutuk Rusia di Deklarasi Akhir G20
Baca juga: Menlu Rusia Sergey Lavrov : AS Ingin Pertahankan Dominasi Global
Putin juga mengatakan dia dan Xi Jinping memiliki pandangan yang sama dalam mengatasi masalah dunia.
Dalam pertemuan dengan Lavrov, Wang juga mengatakan Beijing akan terus mengambil sikap yang objektif dan adil pada konflik di Ukraina.
Beijing akan terus memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi pembicaraan damai di antara dua negara yang sedang berkonflik.
China melalui Wang Yi memuji posisi rasional dan bertanggung jawab Rusia dalam penggunaan senjata nuklir.
Moskow telah berulang kali dan secara eksplisit menegaskan kembali komitmennya terhadap pernyataan bersama menentang perang nuklir oleh lima kekuatan atom utama dunia.
Moskow berpendapat perang nuklir tidak dapat diterima dan tidak boleh diperangi. Sesuatu yang ditanggapi sebaliknya oleh AS dan sekutu baratnya.
Namun sikap ini tidak menghentikan pemerintah barat yang menuduh Rusia membuat ancaman perang nuklir.
Dalam pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden, kedua pemimpin sepakat saling menghormati, bersaing tapi tidak berkonflik.
Xi Jinping mengingatkan garis merah yang harusnya tak dilewati Washington, yatu menyangkut kedaulatan nasional China.
Xi Jiping memperingatkan AS agar tidak mendukung separatis di pulau Taiwan dan meminta Washington memenuhi komitmen tertulisnya.
“Seorang negarawan harus memikirkan dan tahu ke mana harus memimpin negaranya. Dia juga harus memikirkan dan tahu bagaimana bergaul dengan negara lain dan dunia yang lebih luas,” kata Xi kepada Biden.
Pakar China percaya melalui dua hari pembicaraan yang terpisah dengan AS dan Rusia, China berusaha menemukan peluang untuk mendamaikan perbedaan mereka dan mengelola risiko perang nuklir.
Meskipun ketegangan kedua negara tampaknya tidak dapat didamaikan.
Menlu Sergey Lavrov memimpin delegasi Rusia di KTT G20 setelah Kremlin mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dapat hadir.
China dan Rusia berharap KTT G20 untuk fokus pada tantangan global yang harus diperhatikan oleh KTT.
Antara lain masalah ekonomi dan perubahan iklim, daripada menggunakan ideologi dan keamanan untuk memprovokasi perpecahan dan konfrontasi.(Tribunjogja.com/GlobalTimes/xna)