Ini Alasan Mark Zuckerberg PHK 11 Ribu Karyawan Meta
Perusahaan tersebut memutuskan untuk memberhentikan lebih dari 11 ribu karyawannya sebagai upaya untuk efisiensi pengeluaran.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, NEW YORK - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran dilakukan oleh induk platform Facebook, WhatsApp, dan Instagram, Meta.
Perusahaan tersebut memutuskan untuk memberhentikan lebih dari 11 ribu karyawannya sebagai upaya untuk efisiensi pengeluaran.
Pengumuman PHK besar-besaran tersebut disampaikan langsung oleh CEO Meta Mark Zuckerberg.
Menurut Mark, keputusan untuk melakukan PHK besar-besaran tersebut merupakan keputusan yang sulit dalam sejarah berdirinya Meta.
Namun demikian, keputusan tersebut harus diambil oleh perusahaan karena saat ini Meta dalam kondisi yang sulit.
"Hari ini saya menyampaikan beberapa perubahan tersulit yang diambil dalam sejarah Meta," tulis Mark dalam suratnya, dikutip dari Kompas.com yang mengutip pemberitaan dari CNBC, Kamis (10/11/2022).
"Saya memutuskan untuk mengurangi jumlah karyawan perusahaan sebesar 13 persen, dan melepas lebih dari 11.000 karyawan bertalenta kami," lanjutnya.
Selain melakukan PHK, menurut Mark, perusahaan juga akan melakukan kebijakan lainnya agar nantinya perusahaan bisa lebih ramping dan efisien.
Termasuk di antaranya dengan melakukan pemotongan biaya diskresioner dan memperpanjang masa penghentian perekrutan hingga kuartal pertama tahun depan.
Baca juga: Mengapa Xi Jinping Minta Tentara China Bersiap Hadapi Perang?
Saat ini Meta tengah dalam kondisi yang sulit setelah pendapatan perusahaan terus mengalami penurunan.
Di sisi lain, biaya operasional perusahaan terus mengalami pembengkakan sehingga mau tidak mau harus diambil langkah strategis untuk menjaga kondisi perusahaan.
Pada kuartal III 2022, biaya operasional Meta melonjak 19 persen secara tahunan menjadi 22,1 miliar dollar AS.
Sementara pendapatan perusahaan turun sebesar 4 persen menjadi 27,71 miliar dollar AS dan pendapatan operasional anjlok sebesar 46 persen menjadi 5,66 miliar dollar AS.
Kondisi itupun menyebabkan para investor khawatir.
Mark menyebut, perusahaan tengah melakukan pengurangan di berbagai divisi, tetapi perekrutan tidak akan berjalan secara proporsional, sebagai imbas dari rencana perusahaan untuk merekrut lebih sedikit tenaga kerja pada 2023.