Info Event Jogja

IDI Kota Yogyakarta Gelar Seminar Sekaligus Beri Edukasi Mengenai Penyakit Neuropati

Dalam kesempatan itu, dr Tri Kusumo juga menekankan kepada para dokter untuk selalu menaati kode etik Kedokteran Indonesia.

Tangkapan Layar
Pelaksanaan Diagnosis dan Management of Neuropathy in Primary Care Setting : Make It Simple secara hybrid, Minggu (6/11/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Yogyakarta bekerja sama dengan P&G Health dan Dokter Bisa mengadakan Seminar Hybrid dan Offline Workshop bertema Diagnosis dan Management of Neuropathy in Primary Care Setting : Make It Simple.

Acara itu dihadiri oleh 200 dokter umum dan beberapa lintas spesialis.

"Acara tersebut dimaksudkan untuk mengupdate skill para dokter (dokter umum)," kata Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dr Tri Kusumo Bawono, saat memberi sambutan di Alana Convention Center, Minggu (6/11/2022) pagi.

Dalam kesempatan itu, dr Tri Kusumo juga menekankan kepada para dokter untuk selalu menaati kode etik Kedokteran Indonesia.

Medical & Technical Affairs Manager P&G Health Indonesia, dr Yoska Yasahardja, terlihat hadir dan memberikan sambutan bahwa P&G Health Indonesia memberikan dungkungan penuh untuk para Dokter Indonesia dalam meningkatkan kompetensi untuk neuropati.

Di sisi lain, Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), menjelaskan, penyakit neuropati atau penyakit yang terjadi dalam sistem saraf tepi bisa terjadi di setiap orang.

Artinya, penyakit itu tidak hanya terjadi kepada orang Indonesia saja, tetapi juga bisa terjadi kepada orang-orang di seluruh dunia. 

"Itu menjadi masalah yang besar atau juga memiliki potensi terhadap suatu masalah. Tetapi, dikarenakan sebagian permasalahan itu sudah menjadi suatu penyakit yang kronik dan sebagian lagi kronik progresif maka tidak dirasakan secara tiba-tiba," kata dr. Manfaluthy.

Tidak heran, banyak sekali pada tahap awal terjadi neuropati selalu diabaikan sampai terjadilah suatu gejala yang berat.

Penyakit yang terjadi disebabkan oleh kondisi diabetes dan perawatan berupa kemoterapi dapat dirasakan oleh 7 persen orang dewasa baik dari skala paling ringan.

"Yang paling ringan, kalau saat kita duduk bersila setelah 5 sampai 10 menit kaki kita dapat terasa paresthesia atau gringgingen dan kesemutan. Itu merupakan gejala dari neuropati," ucapnya.

Penyebab dari neuropati tersebut cukup banyak. Di mulai dari metabolic, nutrition, mechanical, berbagai macam toxins, auto imun, infeksi hingga hereditory.

"Klasifikasi dari neuropati itu sendiri, kalau sejawat lihat itu berbagai macam. Itu bisa berdasarkan anatomi, etiology, histopathology dan sebagainya. Tapi secara umum, bisa terbagi berdasarkan jumlah saraf yang terlibat, distribusinya dan klausanya," terangnya.

Bahkan keterlibatan waktu atau lama terpaparnya neuropati, pasien tersebut bisa menjadi akut kronik progresif.

"Karena neuropati memiliki suatu gejala dan banyak terjadi di penyakit yang lain, serta kita tidak melalukan analisis yang baik, maka neuropati itu sering mis diagnosis dan under diagnosis," tutur dr. Manfaluthy.

Akan tetapi, analisis itu bisa terjadi dikarenakan tidak terdapat perhatian khusus dari pasien itu sendiri.

Oleh karenanya, kini, dr. Manfaluthy mengajak seluruh pasien dan dokter untuk melakukan perhatian yang lebih terhadap penyakit yang sedang diderita setiap orang. (*)

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved