AFPI Sebut Ada Kesenjangan Pembiayaan di Indonesia, Termasuk DIY
Ketua Bidang Edukasi, Literasi dan Riset Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar menyebut kesenjangan pembiayaan atau
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ketua Bidang Edukasi, Literasi dan Riset Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar menyebut kesenjangan pembiayaan atau credit gap di Indonesia masih sangat besar.
Menurut dia, kesenjangan pembiayaan terjadi khususnya di kalangan UMKM.
Hal itu karena pelaku UMKM masih kesulitan mendapat pendanaan dari lembaga jasa keuangan lainnya.
Baca juga: Ada Proyek Apa di Jembatan Tegalrejo Jogja? Ini Penjelasan Pemkot Yogyakarta
"Kesenjangan pembiayaan di Indonesia memang masih sangat besar, mencapai Rp1,650 triliun, terutama UMKM. Pelaku UMKM masih kesulitan mendapatkan pendanaan," katanya saat Fintech Lending Days di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Ia menilai kesenjangan pembiayaan tersebut bisa menjadi peluang, namun juga tantangan bagi fintech pendanaan bersama.
Hal itu karena kebutuhan pembiayaan tersebut tidak hanya terpusat di satu daerah tetapi di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Yogyakarta.
"Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara lembaga jasa keuangan yang ada di Indonesia agar cita-cita bersama untuk memeratakan inklusi keuangan bisa segera direalisasikan," lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Parjiman menyebut Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di DIY stabil di angka 60-65.
Hal itu karena perbankan di DIY cenderung funding.
Baca juga: Hujan Deras Sebabkan Tebing Setinggi 5 Meter Longsor di Pacekelan Purworejo
"Kita itu cenderung funding ya, karena DIY kan nggak ada industri besar. Banyak bank umum, terutama swasta ambil dana dari sini untuk disalurkan ke tempat lain. Daerah kita (DIY) untuk funding, serapan untuk kreditnya kurang. Ini tantangan kita bersama," terangnya.
Kendati demikian, ia menyebut secara umum kondisi perbankan di DIY bagus.
Hal itu dilihat dari AL/NCD yang masih sekitar 150an, kemudian AL/DPK rata-rata 30 persen.
"Kemudian NPLnya di bawah 3 persen untuk perbankan," bebernya. (maw)