Kerumunan Maut di Itaewon
Kisah Tragis 2022: Tragedi Kanjuruhan dan Itaewon Ada Ratusan Nyawa Melayang di Jatim dan Seoul
Dua tragedi yang menelan ratusan nyawa korban terjadi pada Oktober 2022, yaitu Tragedi Kanjuruhan di Jatim dan Tragedi Itaewon di Seoul. Ini kisahnya.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Muhammad Fatoni
Pada waktu yang bersamaan, usai pertandingan Arema vs Persebaya, penonton semakin banyak turun ke lapangan.
Kemudian, beberapa anggota polisi mulai melakukan penggunaan kekuatan.
“Ada yang menggunakan tameng, termasuk mengamankan kiper Arema FC Adilson Maringa,” kata Kapolri.
Dengan bertambahnya penonton ke lapangan, beberapa personel menembakkan gas air mata. Terdapat 11 personel yang menembakkan gas air mata.
Ada tujuh tembakan gas air mata ke arah tribune selatan, kemudian ada satu tembakan gas air mata ke arah tribun utara, dan tiga tembakan gas air mata ke arah lapangan.
“Tentu ini mengakibatkan para penonton terutama di tribune yang ditembakkan panik merasa pedih dan berusaha meninggalkan arena,” tutur Kapolri.
Di sisi lain, tembakan tersebut dilakukan dengan maksud untuk mencegah penonton turun ke lapangan.
Kemudian, penonton berusaha untuk keluar dari stadion, lalu terjadi kendala di Pintu 3, 10, 11, 12 dan 14.
“Seharusnya 5 menit sebelum berakhir pertandingan pintu harus dibuka, namun saat itu pintu dibuka namun tidak sepenuhnya (yang dibuka) hanya berukuran sekitar 1,5 meter,” jelas Listyo.
Selain itu, ada tegakan besi melintang setinggi 5 sentimeter yang mengakibatkan suporter terhambat saat melewati pintu tersebut.
“Apalagi kalau pintu tersebut dilewati jumlah yang banyak, sehingga terjadi desak-desakan yang menyebabkan adanya sumbatan di pintu-pintu tersebut (selama) hampir 20 menit,” kata Kapolri.
Dilaporkan bahwa para penjaga keamanan swasta atau steward tidak berada di tempat saat peristiwa itu berlangsung.
“Berdasarkan Pasal 21 Regulasi Keselamatan dan Keamanan PSSI menyebutkan harusnya steward ada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion,” tutur Kapolri.
Peristiwa berdesak-desakan tersebut banyak memakan korban. Ada korban yang mengalami patah tulang, trauma, sampai meninggal lantaran mengalami asfiksia.
Sebagai informasi, asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan mengancam nyawa penderitanya.
Baca juga: Daftar 9 Kapolda yang Resmi Dilantik Kapolri Listyo Sigit Prabowo Hari Ini, Termasuk Kapolda DIY
Baca juga: Update Tragedi Kanjuruhan: Korban Jiwa Bertambah Jadi 133 Orang, Dinyatakan Meninggal Selasa Siang