Cupu Kyai Panjala 2022
APA Itu Cupu Kyai Panjala? Tradisi di Gunungkidul sebagai Media Komunikasi kepada Tuhan YME
Cupu Kyai Panjala merupakan upacara adat yang sudah dilakukan turun temurun sejak ratusan tahun silam. Pembukaan Cupu Panjala kerap disebut sebagai
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Tribunners pasti ada yang bertanya-tanya apa itu Cupu Kyai Panjala yang sedang ramai diberitakan?
Cupu Kyai Panjala merupakan upacara adat yang sudah dilakukan turun temurun sejak ratusan tahun silam.
Tradisi buka pembungkus cupu Kyai Panjala (Panjolo) sudah berlangsung bertahun-tahun.
Pembukaan Cupu Panjala kerap disebut sebagai panduan kejadian yang akan mendatang.
Ritus kebudayaan ini berlangsung di Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kapenawon Panggang, Gunungkidul.
Dalam beberapa tahun terakhir, upacara dipusatkan di rumah Dwijo Sumarto, ahli waris dan keturunan ke-7 Kyai Panjala, penemu dan pemilik awal cupu yang dikeramatkan itu.
Di tahun ini, ritual pembukaan Cupu Kyai Panjala 2022 dijadwalkan digelar di rumah Dwijo Sumarto, di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Senin (10/10/2022).
Tradisi Cipu Kyai Panjaala ditemukan oleh Eyang Seyek yang memilik nama asli Kyai Panjala.
DIlansir Tribunjogja.com dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, menurut cerita yang berkembang dimasyarakat, Cupu Kyai Panjala didapat Eyang Seyek saat njala menjaring di laut.
Seperti warisan budaya, Eyang Seyek yang tak memiliki istri dan anak ini pun hanya bisa menurunkan tradisi ini pada saudaranya.

Diketahui Eyang Seyek memiliki 10 saudara kandung, 5 lelaki dan 5 wanita.
Kakek buyut dari Dwijo Sumarto adalah saudara kandung Eyang Seyek, maka ia menjadi bagian dari ahli waris Cupu Kyai Panjala.
Sampai saat ini Cupu Kyai Panjala diyakini dan dimaknai sebagai simbol atau alat peramal untuk kondisi atau kejadian bangsa Indonesia dalam masa setahun ke depan.
Baca juga: 42 Ramalan Cupu Panjolo di 2022 - 2023, Penuh Arti dan Penuh Misteri di Balik Malam Selasa Kliwon
Semar Tinandu adalah gambaran keadaan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang adalah gambaran untuk masyarakat menengah ke bawah, sedangkan Kenthiwiri adalah gambaran untuk rakyat kecil.
Banyak warga lokal bahkan juga dari luar kota yang masih percaya akan hasil ramalan tersebut, maka digunakanlah acara ritual pembukaan cupu tersebut untuk meminta berkah.