Maulid Nabi

Grebeg Maulud 2022 di Yogyakarta Ada atau Tidak? Ini Jawabannya

Grebeg Maulud 2022 di Yogyakarta ada atau tidak ya? Mungkin ada dari Tribunners yang penasaran, apakah Grebeg Maulud tahun ini akan dilaksanakan

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM /
Grebeg Maulud 2022 di Yogyakarta Ada atau Tidak? Ini Jawabannya 

Sementara, sebelum prosesi Kondur Gangsa yang dilaksanakan Jumat (7/10/2022), akan dilangsungkan penyebaran udhik-udhik oleh Ngarsa Dalem yang dimulai dari pagongan sisi selatan, pagongan sisi utara, kemudian ke dalam Masjid Gedhe.

Udhik-udhik terdiri dari bunga, uang logam, beras, dan biji-bijian sebagai lambang sedekah raja bagi rakyatnya.

Setelah menyebar udhik-udhik, Ngarsa Dalem akan mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW dengan mengenakan simping melati di telinga.

Simping melati itu merupakan lambang bahwa raja selalu mendengarkan keluh kesah rakyatnya.

Adapun prosesi Kondur Gangsa ini juga dapat disaksikan masyarakat secara langsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
 
Bregada atau prajurit Keraton pun turut terlibat dalam peringatan Hajad Dalem Sekaten ini.

Wakil Penghageng Tepas Keprajuritan Keraton Yogyakarta, KRT Wiraningrat memaparkan bahwa saat Miyos Gangsa, Bregada Jagakarya dan Bregada Prawiratama/Patangpuluhan akan mengawal iring-iringan gamelan dari Bangsal Pancaniti hingga ke Masjid Gedhe.

Baca juga: 35 Link TWIBBON Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H, Cocok Dibagikan di IG, WA dan Media Sosial Lainnya

Sedangkan saat Kondur Gangsa, akan ada empat bregada yang menjadi pengiring saat gamelan diusung, yaitu Bregada Wirabraja, Ketanggung, Mantrijero, dan Prawiratama/Patangpuluhan.

“Selain mengiringi prosesi keluar masuknya gamelan, para bregada ini juga bertugas menjaga keamanan dan mengatur kerumunan masyarakat agar prosesi berjalan tertib dan lancar,” imbuhnya.

Rute Miyos maupun Kondur Gangsa tidak akan melewati Alun-alun Utara.

Iring-iringan Miyos Gangsa akan dimulai dari Bangsal Pancaniti, lalu ke utara menuju Sitihinggil, Pagelaran lalu ke barat hingga ke Masjid Gedhe.
 
Lebih lanjut, Kanjeng Wiraningrat memaparkan bahwa tahun ini ada beberapa perubahan tatanan, khususnya pada paraga dan pengageman (pakaian).

Sebelumnya, paraga untuk mengusung gangsa (gamelan) atau kanca gladag dan kanca bekaken yang membawa lilin biasanya dari masyarakat umum.

Tahun ini, paraga-nya diganti menjadi prajurit bregada.

Selain itu, untuk kapten atau wedana yang biasanya memakai busana peranakan dan iket/udeng, sekarang diubah menjadi memakai busana beskap hitam dan kuluk.

 

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved