Kisah Inspiratif

Kisah Petenis Legendaris Yayuk Basuki, Tinggalkan US Open 1996 Demi Membela Yogyakarta di PON

atlet Tenis legendaris tanah air asal Yogyakarta , Yayuk Basuki dikenal dengan segudang prestasi, baik di kancah nasional, maupun internasional. Tapi,

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Azka Ramadhan
Petenis legendaris tanah air, Yayuk Basuki, saat ditemui di Kota Yogyakarta, Senin (29/9/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - atlet Tenis legendaris tanah air asal Yogyakarta , Yayuk Basuki dikenal dengan segudang prestasi, baik di kancah nasional, maupun internasional.

Tapi, siapa sangka, dirinya pernah mengambil risiko besar dengan sengaja mengalah di pagelaran Grand Slam.

Dikisahkannya, keputusan tersebut diambil ketika Yayuk Basuki tampil dalam event US Open 1996 yang merupakan satu di antara pertandingan akbar internasional.

Berstatus sebagai unggulan, eks Petenis yang kini berusia 51 tahun itu, memilih menyingkir di babak awal turnamen.

Baca juga: Kabar Terbaru AC Milan, Soal Kontrak Rafael Leao, Paolo Maldini Buka Suara

Tentu, ia menepis peluang menjuarai Grand Slam bukan tanpa alasan.

Bagaimana tidak, keputusan tersebut diambil secara suka rela tanpa paksaan siapapun demi mewakili DI Yogyakarta di cabor Tenis , pada Pekan Olahraga Nasoinal (PON) 1996 yang berlangsung di DKI Jakarta.

"Jadi, 1996 itu saya tetap main di US Open , tapi ngalah, karena tidak mungkin berhenti begitu saja (walk out), kan, masih babak awal, kok. Padahal saya unggulan, tetapi mengalah demi daerah," kisah Yayuk Basuki, Senin (26/9/22).

Terlebih, multi sport event tingkat nasional 1996 itu, merupakan gelaran terakhirnya sebelum gantung raket. Sehingga, ia begitu termotivasi menutup karir cemerlang, dengan prestasi terbaik untuk Yogyakarta. Keputusan yang tepat, karena tiga emas berhasil direngkuh.

"Tiga medali emas, beregu, single dan double saya raih. Kebetulan, itu kan PON terakhir saya. Maka, saya berambisi menutup karir dengan prestasi terbaik untuk Yogyakarta. Sama sekali tidak ada penyesalan," jelasnya.

"Tapi, terus terang, kisah ini dulu saya sembunyikan, ya, karena kalau saya buka bisa-bisa saya di-bully, dong. Toh, niat saya cuma menjaga marwah Yogyakarta saja, tidak ada niat lain, cari materi atau apalah," tambah Yayuk.

Benar saja, jika hanya mencari pundi-pundi, perempuan yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua KONI tersebut, sejatinya pernah mendapat tawaran menggiurkan dari daerah lain. Hanya saja, ia mengungkapkan, komitmennya untuk Yogyakarta tidak dapat ditukar dengan uang.

"Ya, tahun 80an itu, pernah ditawari pindah daerah lain. Saya diiming-imingi Rp500 juta, kalau mau membela daerah itu di PON. Tapi, langsung saya tolak, kok," tegasnya.

Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata Jogja di Wilayah Bantul, Sleman, Gunungkidul dan Kulon Progo

Yayuk Basuki pun berharap, pengalamannya tersebut bisa jadi pelajaran bagi atlet-atlet Yogyakarta, lantaran dewasa ini cukup banyak yang menyeberang ke daerah lain.

Namun, ia menyebut, fenomena itu, bukan mutlak kesalahan dari atlet, dan lebih pada dampak problem pembiayaan.

"Saya nggak bisa menyalahkan atlet juga, kalau memang mau pindah membela daerah lain. Karena untuk mengasah kemampuan, dengan mengikuti pertandingan di dalam atau luar negeri, tentu butuh biaya, kan," ucapnya.

"Sedangkan, banyak daerah lain, di luar Yogyakarta, yang bersedia memberi dukungan. Apalagi, atlet pasti merasa, dia, atau orang tuanya, sudah investasi besar untuk terjun menekuni sebuah cabor," imbuh Yayuk. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved