Gaspol 52
Restorasi Motor Perang Legendaris Rikuo Type 97 Tahun 1939, "Harley-Davidson" Buatan Jepang
Moge buatan Jepang lansiran 1939 ini begitu spesial terutama di kalangan penggemar otomotif lantaran kondisinya cukup istimewa
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Perang dunia memiliki dampak yang menghancurkan, namun ternyata juga memicu lahirnya teknologi baru.
Setiap negara yang terlibat saling berlomba memproduksi alat perang terbaiknya, tak terkecuali sepeda motor yang dapat melaju di daerah yang mustahil dicapai oleh truk ataupun tank.
Lebih dari tujuh dekade telah berlalu sejak berakhirnya Perang Dunia II, keberadaan motor-motor perang sudah terbilang sangatlah langka bahkan mungkin mustahil ditemui dalam keadaan yang utuh.
Namun spekulasi itu seolah dipatahkan oleh kendaraan perang buatan Jepang, Rikuo Type 97, koleksi seorang warga Yogyakarta.
Di samping nilai historis dan kelangkaannya, moge buatan Jepang lansiran 1939 ini begitu spesial terutama di kalangan penggemar otomotif lantaran kondisinya cukup istimewa.
Meski sudah direstorasi, namun tingkat orisinalitasnya masih 70 persen.
Tak heran banyak penggemar moge bukan hanya Indonesia namun hingga Jepang dan Amerika dibuat kagum pada Rikuo Type 97 hasil restorasi Agung Cahyono dari Tedjo Klasyk Motorcycle Works Yogyakarta.
Pria yang akrab disapa Tedjo ini paham betul bagaimana sejarah Rikuo Type 97 ini hingga akhirnya 'mendarat' di Yogyakarta.
Pasalnya, informasi perihal adanya unit Rikuo Type 97 ini justru pertama kali ia dapat.
"Informasi mengenai adanya unit motor ini pertama kali saya dapatkan dari rekan bikers di Wonosobo. Tapi, informasi awal yang disampaikan ialah unit moge Indian," terang Tedjo kepada Gaspol 52 Tribun Jogja.
"Namun setelah kami cek, ternyata bukan Indian melainkan Rikuo Type 97 yang diproduksi tahun 1939. Akhirnya saya beserta pemiliknya saat ini mengecek langsung ke Wonosobo, negosiasi harga dan akhirnya Rikuo ini kami bawa langsung ke Yogyakarta," tambahnya.
Dilanjutkan Tedjo, kondisi Rikuo tersebut saat pertama kali ditemukan tak seutuh saat ini.
Wajar saja, sebab Rikuo tersebut sempat terbengkalai lantaran sang pemilik telah meninggal dunia dan tak ada lagi yang melanjutkan merawat moge Jepang ini.
"Kondisinya tidak seutuh sekarang, ada beberapa bagian yang diperbaiki maupun dibikin ulang karena sparepartnya memang sudah tidak ada," ujar Tedjo.
Jelas saja langkanya spare part menyebabkan proses restorasi membutuhkan waktu yang relatif panjang dan tentunya juga kesabaran.
Tedjo mengungkapkan, sejak diboyong sang pemilik ke Yogyakarta, proses restorasi memakan waktu hingga 2 tahun lamanya.
Dijelaskan Tedjo, proses pengerjaan ia awali dengan perbaikan body. Menurutnya hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan 'aura' moge legendaris pabrikan Jepang ini. Bukan tanpa kendala, sebab perbaikan body dilakukan Tedjo hanya mengacu gambar-gambar yang diakses melalui internet.
"Pengerjaan butuh waktu 2 tahun karena kesulitan mendapatkan sparepart dan pengerjaannya cukup rumit. Di samping itu, acuan manual book nya juga tidak ada," terang Tedjo.
Untuk bagian sespan atau sidecar, Tedjo membuatnya ulang menggunakan pelat, dengan mencontoh rangka bawaannya yang masih utuh. Nah satu di antara keistimewaan yang dimiliki Rikuo ialah disematkannya gardan untuk menggerakan roda sespan sebelah kiri. Ini yang tidak dimiliki moge lainnya yang dibekali sidecar.
"Jadi ada gearbox roda sespan yang dioperasikan dengan tuas yang menggerakkan gardan atau kopel ke roda sebelah kiri. Jadi semisal terjebak lumpur, roda sespan sebelah kiri bisa membantu motor tetap berjalan lancar," terang dia.
Bagian suspensi depannya yang menggunakan model springer merupakan bawaan Rikuo Type 97, demikian pula setang, klakson, serta tangki.
"Tangki kami las ulang karena sudah keropos, sedangkan untuk headlamp diganti menggunakan bawaan Harley Davidson VL," rinci Tedjo.
Beralih ke dapur pacu, Tedjo membongkar total mesin Rikuo ini untuk mencari kerusakannya. Menghidupkan kembali mesin moge legendaris ini menjadi tantangan tersulit yang dihadapi.
"Sebab saya harus cari bagaimana sistem kerja mesin Rikuo ini. Setelah itu ketemu, baru kita coba hidupkan. Untuk bagian karburator, saya menggunakan karburator yang biasanya digunakan pada Harley Davidson VL, demikian pula beberapa spare part jeroan mesinnya yang dikanibal menggunakan beberapa tipe Harley Davidson lainnya," terang dia.
Transfer Teknologi Amerika- Jepang
Menilik sejarahnya, Rikuo awalnya diproduksi di bawah lisensi Harley-Davidson.
Namun pada tahun 1921, pemerintah Inggris menerapkan tarif cukai tinggi terhadap lebih dari sepertiga barang-barang Amerika Serikat demi melindungi pasar dalam negerinya.
Yang dimaksud dalam negeri ini adalah seluruh wilayah kekuasaan Inggris baik koloni, dominion ataupun protektorat yang berarti meliputi British India, British Malaya, Australia, Kanada dll.
Salah satu yang terkena adalah sepeda motor. Harley-Davidson kehilangan nilai kompetitif di pasar terbesar mereka di luar Amerika, yaitu Australia. Hal ini memberi pukulan berat pada perusahaan legendaris ini.
Ketika Great Depression menghantam Amerika tahun 1929, Harley-Davidson pun nyaris bankrut.
Tak ada cara lain, Harley harus mencari pasar baru dan Jepang dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan daya beli paling tinggi di Asia adalah kandidat terbaik.
Tidak peduli dengan tensi diplomatik Jepang yang cukup tinggi dengan negara-negara Barat, Harley memulai pembicaraan dengan pemerintah dan para pelaku industri otomotif Jepang.
Jepang yang sedang haus melakukan modernisasi di segala bidang langsung menyambut tawaran Harley dan tahun itu juga, Harley telah diproduksi di Jepang.
Harley mengirim banyak peralatan dan tenaga ahlinya ke Jepang.
Di tahun 1933, Sankyo Nainenki yang mengambil lisensi Harley-Davidson telah mampu memproduksi sepeda motor ini dengan komponen sepenuhnya produksi dalam negeri Jepang, di bawah bendera Rikuo Motor Company.
Menjelang tahun 1937, Sankyo mendapat order besar-besaran dari angkatan bersenjata dan kepolisian Jepang.
Lebih dari 18.000 sepeda motor Rikuo diproduksi dan tersebar ke semua wilayah kekuasaan militer Jepang.
Tidak diketahui dengan pasti, berapa lama perusahaan Rikuo Motor Company memproduksi sepeda motor Rikuo.
Diduga ketika Perang Dunia II, perusahaan Rikuo Motor Company telah berhenti berproduksi. (*)