Berita Magelang Hari Ini

Proses Ekskavasi Situs Samberan Akan Dilanjutkan Sampai Selesai, BKB: Bisa Jadi Potensi Wisata

Situs Samberan sudah tercatat  dalam pendataan Rapporten Oudheidkundigen Dienst (Laporan Layanan Arkeologi) milik Belanda.

Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Proses ekskavasi candi yang ada di Situs Samberan, Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu. 

 

 

 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Balai Konservasi Borobudur (BKB) akan melanjutkan proses Ekskavasi pada candi di situs Samberan yang berlokasi di Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Proses Ekskavasi situs Samberan sudah dilakukan selama tiga kali yakni pada tahun 2002, 2019, dan 2022.

Awalnya, direncanakan proses Ekskavasi berakhir pada 19 September 2022 lalu.

Namun, direncanakan akan dilanjutkan sampai selesai karena adanya temuan besar yakni berupa candi.

Kepala BKB, Wiwit Kasiyati, mengatakan dilanjutkannya proses Ekskavasi ini bertujuan agar menyingkap semua bangunan candi yang ada di Situs Samberan.

"Ekskavasi kami lanjutkan lagi untuk melihat struktrurnya. Kami akan revisi anggaran karena bagian atas  (dari candi) belum tersingkap semua. Kemarin, temuan upak ada dua buah, juga ditemukan arca dari logam. Serta, ditemukan fragmen kemungkinan pagar keliling," ujarnya pada Kamis (22/09/2022).

Ia menambahkan, Situs Samberan sudah tercatat  dalam pendataan Rapporten Oudheidkundigen Dienst (Laporan Layanan Arkeologi) milik Belanda.

Sehingga, pihaknya pun melakukan inventarisasi berpedoman pada catatan milik negara kincir angin itu.

"Sebenarnya situs Samberan sudah ada dalam laporan ROD belanda sebelum tahun 1945. Kemudian, kami melakukan inventarisasi berdasarkan itu data-data dari ROD, akhirnya menemukan beberapa  situs  lain, yang ada dikawasan Candi Borobudur salah satunya Samberan ini,"ungkapnya.

Melihat adanya candi pada Situs Samberan, Wiwit mengatakan peninggalan sejarah itu berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi destinasi wisata.

Karena memiliki beberapa keunikan dibandingkan candi yang ada di Jawa Tengah, salah satunya strukturnya terbuat dari batu bata.

"Harapannya ke depan situs ini bisa menjadi warna bagi wisata di Candi Borobudur. Tetapi, kami harus mempersiapkan terlebih dahulu. Karena yang dinamakan tempat wisata itu kan memerlukan, sperti tempat parkir, tempat suvenir, maupun tempat edukasi. Itu yang perlu  dilakukan sehingga ini harus berjangka,"terangnya.

Diduga Sebagai Situs Candi Batu Bata Terbesar di Jawa Tengah

Koordinator Perlindungan Balai Konservasi Borobudur, Muhammad Taufik mengatakan diperkirakan candi dibangun sekitar abad ke-7 sampai ke-9, sama dengan Candi Borobudur.

"Iya, itu berdasarkan kalau laporannya Japan International Cooperation Agency (JICA)  itu sama kayak Borobudur abad ke-7 sampai ke-9,"ungkapnya.

Tak hanya itu, ia melanjutkan, menariknya bangunan candi terbuat dari batu bata yang jarang ditemukan pada candi yang ada di wilayah Magelang

Bahkan, disebut-sebut candi ini diperkirakan memiliki ukuran terbesar untuk candi bermaterial batu bata di Jawa Tengah.

"Untuk sementara, ini (candi batu bata) yang paling besar yang kami temukan di Jateng. Bangunan diduga stuktur candi berbahan batu-bata dengan ukuran 16 x 14 meter.  Serta, ditemukan potongan arca berukuran 12 x 16,5 x 8 sentimeter. Serta, ditemukan lagi dua arca dan enam umpak. Kemungkinan dengan adanya umpak itu mengindikasikan bahwa dulu (Candi) ini diatapi, diduga sebagai tempat peribadatan,"terangnya.

Dari penemuan tersebut, diketahui candi yang ada di Situs Samberan bercorak Hindu.

Hal inilah yang menjadi menarik, pasalnya jarak Situs Samberan dengan Candi Borobudur hanya sekitar 4 kilometer arah Barat Daya. 

"Candi Borobudur bercorak agama Buddha, sedangkan di Situs Samberan bercorak Hindu. Ini, dianggap selama ini terjadi semacam toleransi pada  zaman dulu. Sebaliknya,  kalau di Prambanan, Candi Hindu terbesarnya itu dikeliling oleh candi-candi Buddha,"ungkapnya. 

Sementara itu, Kepala Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran, Munjamil, menceritakan penemuan situs itu pertama kali pada tahun 2002.

Di mana ada seorang penggali batu bata yang menemukan candi berbentuk batu bata.

"Terus, dilanjutkan digali oleh masyarakat ditemukan pondasi-pondasi. Itu, langsung melaporkan temuan ke Balai Konservasi. Sejauh ini, masyarakat sangat senang adanya temuan ini semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat terutana warga Dusun Samberan, Desa Ringianom,"urainya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved