Berita Jogja Hari Ini
Tanggapan Warga Yogya Terkait Kenaikan BBM: Sebenarnya Menyulitkan, Semoga Upah Kerja Naik
“ Kenaikan harga BBM ini membuat sulit saya sih, saya kira. Soalnya, Kenaikan harga BBM ini bisa membuat harga-harga bahan pokok lain ikutan naik,”
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kenaikan harga BBM dirasa memberatkan bagi sebagian masyarakat di DI Yogyakarta.
Diketahui, pemerintah resmi menaikkan harga BBM, termasuk Pertalite, Solar dan Pertamax.
Pertalite naik menjadi Rp 10.000 per liter dari Rp 7.650. Kemudian, Solar subsidi naik menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp Rp 5.150 per liter.
Harga Pertamax naik menjadi Rp 14.500 per liter dari Rp 12.500.
Baca juga: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Liga 1 2022 Persis Solo vs PSIS Semarang, Live Indosiar
Salah satu warga DIY, Sri Widyastuti (36) mengatakan Kenaikan harga BBM sebenarnya cukup memberatkan dirinya.
“ Kenaikan harga BBM ini membuat sulit saya sih, saya kira. Soalnya, Kenaikan harga BBM ini bisa membuat harga-harga bahan pokok lain ikutan naik,” jelasnya kepada Tribun Jogja, Sabtu (3/9/2022).
Ia menuturkan, Kenaikan harga BBM kali ini begitu terasa, khususnya bagi warga ekonomi menengah ke bawah.
Apalagi, upah kerja belum dinaikkan oleh pemerintah.
“Saya sebagai warga DIY yang Upah Minium Regional (UMR)-nya juga tidak tinggi-tinggi amat, rasanya berat meski kenaikannya hanya Rp 1-3 ribu. Ditunggu saja nanti bakal ada kenaikan harga bahan pokok,” jelasnya.
Dia berharap Pemda DIY bisa menaikkan upah kerja di tahun 2023.
“Ya meskipun ada bantuan dari pemerintah gitu, tapi itu kan tidak tahu mau sampai kapan. Pasti tidak tiap tahun,” tukasnya.
Sementara, Ikhsan Adi (40), mitra pengemudi online mengatakan Kenaikan harga BBM cukup memberatkannya.
Hal ini karena skema bonus dari perusahaannya bisa jadi berkurang dengan adanya kenaikan harga BBM.
“Skema bonusnya tidak bertambah, tapi harga BBM naik terus. Pasti kenaikan bahan pokok juga naik,” terangnya.
Dia menjelaskan, mobil yang ia gunakan harus diisi kurang lebih Rp 300-400 ribu jika ingin mendapat tanki yang penuh.
“Kalau biasanya saya sehari isi Rp 70 ribu saja biar bisa trip 15 kali. Kalau sekarang, mungkin harus isi Rp 100 ribu,” ucap dia.
Ikhsan menambahkan, keadaan bisa lebih sulit jika mobil yang ia gunakan tidak boleh lagi isi Pertalite.
Mau tidak mau, ia harus menggunakan bahan bakar yang lebih mahal.
Baca juga: Inisiatif Hyperlocal Tokopedia Dongkrak Transaksi Produk Rumah Tangga Hampir 2,5 Kali Lipat
“Takutnya tidak sesuai dengan pendapatan saya sih. Naiknya cukup drastis juga lho,” katanya.
Dia berharap, ada perubahan skema perusahaannya yang lebih mengutamakan kesejahteraan mitra. (Ard)