Berita Magelang Hari Ini

Menelisik Kisah Dusun Tak Berpenghuni alias Dusun Mati di Kabupaten Magelang

Dusun itu bernama Dusun Puntingan yang  terletak di Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Penampakan rumah-rumah kosong milik warga di Dusun Puntingan Magelang yang sudah ditinggal pemiliknya, Jumat (02/09/2022) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Di wilayah Kabupaten Magelang terdapat suatu dusun yang tak berpenghuni atau populernya dikenal sebagai Dusun Mati.

Penamaan ini mendefinisikan keadaan dusun tersebut yang ditinggalkan oleh seluruh penduduknya. 

Dusun itu bernama Dusun Puntingan yang  terletak di Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Posisi dusun ini berdekatan dengan Desa Dawung dan Tobanan, masing-masing desa berjarak hanya sekitar 300-an meter.

Namun, hanya ada satu akses jalan menuju Dusun Puntingan, yakni melewati jalanan setapak.

Jalan setapak ini cukup jauh dari jalan raya. Jaraknya, sekitar 1 kilometer untuk masuk ke dalam dusun.

Kondisi jalan pun terbilang susah untuk dilewati karena masih beralaskan bebatuan, membuat kontur  jalan menjadi bergelombang dan naik turun.

Di sepanjang jalan menuju Dusun Puntingan tersebut, pada sisi kanan dan kiri jalan hanya ada hutan bambu yang tak terurus.

Sesekali juga terlihat ladang pertanian milik warga.

Kepala Desa Dlimas, Saebani, menceritakan Dusun Puntingan dulunya seperti dusun biasa pada umumnya. Di mana, dusun itu dihuni sebanyak 10 kepala keluarga (KK).

Penghuni dusun itu merupakan perantauan. Sebagian besar, dari mereka bermata pencaharian sebagai petani.

Namun, dirinya tidak mengetahui persis kapan tepatnya Dusun Puntingan mulai ditempati.

"Dusun ditinggalkan itu, satu per-satu oleh penduduknya. Alasannya berbagai hal ada yang ingin ikut dengan anaknya di kota atau bahkan karena meninggal dunia. Penghuni terakhir di dusun itu, pindah pada 2020 lalu," ungkapnya saat ditemui di kantornya pada Jumat (02/09/2022).

Ia menambahkan, sepeninggal penghuni terakhir dari dusun tersebut, sudah tidak ada lagi penduduk yang menempati Dusun Puntingan hingga sekarang ini.

Hanya ada sisa bangunan rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya yang masih berdiri kokoh, namun sudah tak terawat.

"Ada sekitar empat bangunan rumah di sana yang masih ada. Sampai sekarang administrasinya masih masuk ke desa yang saya bawahi.Hanya ada satu rumah yang masih dirawat oleh pemiliknya,"tuturnya.

Adapun gambaran Dusun Puntingan yang sudah ditinggal penghuninya sejak dua tahun lalu itu antara lain pada bagian utama terdapat sebuah rumah yang paling besar diketahui dimiliki oleh penghuni tertua di dusun tersebut.

Rumah itu hanya dibangun dengan batu batu tanpa diberi cat warna, kondisinya pun sudah tertutupi lumut.

Jendela, pintu, hingga atapnya pun sudah tidak ada.

Hanya ada rumput-rumput liar yang tumbuh tinggi menjadi penghuni baru rumah tersebut.

Lalu, terdapat satu bangunan musala yang ukurannya tidak terlalu besar. Musala ini pun dilengkapi dengan tempat wudhu dengan air yang mengalir.

Musala ini masih digunakan sesekali  oleh penduduk sekitar dusun untuk beribadah selepas mencari bambu.

Terakhir di ujung  area dusun tersebut, ada satu rumah lagi.

Warnanya putih dengan aksen warna hijau diberikan pada pewarnaan jendela rumah.

Rumah ini diketahui milik dari si penghuni terakhir yang akhirnya juga memutuskan untuk meninggalkan dusun tersebut.

Perangkat Desa Dlimas, Sakdan, mengatakan untuk aktivitas pada siang hari dusun tersebut masih dilalui warga yang hendak mencari bambu atau berladang.

"Namun, menjelang sore hari keadaan sudah sunyi senyap, tidak ada lagi aktivitas. Warga juga enggan melintas di daerah sini karena gelap,"tuturnya.

Ia menambahkan, akses penerangan di Dusun Puntingan juga minim. Listrik baru masuk sekitar beberapa tahun lalu namun sudah diputus karena penghuninya sudah tidak ada lagi.

"Tidak ada penerangan di sini pada malam hari. Karena, sama sekali tidak ada listrik,"ungkapnya.

Sementara itu, menurut Sakdan, Dusun Puntingan terbilang cukup sakral karena juga memiliki beberapa makam tua yang tidak jauh dari desa tersebut.

Dari kabar beredar, makam tua tersebut merupakan tokoh keturunan Demak yang sampai sekarang masih diziarahi.

"Masih banyak yang ziarah, ya lewatnya sini (jalan setapak). Biasanya itu, ziarahnya setiap.Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon,"terangnya.

Sakdan mengaku, dirinya tidak mengetahui sebab  apa yang membuat penduduk di sana meninggalkan dusun yang mereka tempati itu.

"Kalau itu saya juga kurang tahu pasti, karena apanya?, Yang jelas dulu dusun ini dulunya ada yang menempati,"ungkapnya.

Sementara itu, Mochtar (63)  warga Dusun Larangan, Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang mengatakan berdasarkan selentingan dan kabar yang beredar memang dusun tersebut dikenal dengan keangkerannya.

"Sehingga, hal itu membuat warganya tidak kerasan. Dan, akhirnya memilih untuk meninggalkan dusun itu,"tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved